Sejak awal saya membaca list dari tantangan menulis ini, saya sudah sadar pasti di bagian ini bikin saya agak berat untuk menulis. Yup, maka dari itu saya mengaku bersalah karena terlambat post 1 hari. Mengenai orang tua, sebetulnya saya bukan orang yang suka menceritakan tentang orang tua saya, saya bangga dengan menjadi anak dari Bapak dan Mamah, semoga juga mereka bangga saya menjadi salah satu anaknya. Saya tipe yang akan menceritakan tentang diri saya sedetail mungkin, tapi kalo tentang orang tua, saya tunggu ditanya aja.
Semua sahabat saya pasti tahu, saya anak Bapak banget, dan masih agak berat untuk saya menulis tentang Bapak sekarang ini. Saya takut ga bisa nahan airmata dan kangen saya sama Bapak. Tuh kan, baru nulis segini aja, saya udah berkaca-kaca. Waktu kecil sampai mungkin saya SD, saya masih dekat dengan Mamah. Saya menceritakan semua hal yang saya alami di sekolah, saat main bersama semua teman saya, dan apa yang saya pelajari di sekolah yang menurut saya menarik hari itu. Saya ingat, saya bercerita sambil makan sehabis pulang sekolah, Mamah mendengarkan cerita saya sambil menyetrika atau sambil nonton tv. Mamah juga suka banget baca, apa aja dia baca, majalah, koran, buku, dan saya pasti selalu kena marah kalau ketahuan baca sambil tiduran.
Lain halnya dengan Bapak, dulu Bapak selalu ingin punya anak laki-laki, keinginannya tercapai setelah punya 3 anak perempuan. Dalam masa menunggu anak laki-lakinya lahir, sayalah yang suka diajak Bapak ke mana-mana, saya diajak merakit kandang ayam, main dengan anak ayam, dibelikan kaos kaki bergambar robot, menemani Bapak ketemu teman bisnisnya, atau cuma sekedar hadir di sampingnya saat Bapak memperbaiki sesuatu. Dari situ juga saya terbiasa untuk memperbaiki hal kecil, mempreteli kipas angin, terbiasa dengan palu dan berbagai jenis obeng, oh dan saya juga suka memanjat pohon. Kalian ga tahu kan? hehehe...
Cara mendidik Bapak dan Mamah memang tidaklah sempurna, tidak sesuai dengan kaidah parenting yang sekarang banyak diagungkan orang tua muda, pun saya tidak pernah ditanya sudah belajar atau belum, ada PR atau tidak, karena sejak kecil mereka tahu saya, saya selalu rangking 3 besar di sekolah. Hasil didikannya menjadikan saya seperti sekarang ini, kalaupun ada trauma yang membekas atau inner child saya terluka, saya menerimanya dan akan berusaha untuk memperbaikinya, menyembuhkannya. Saya tidak bisa menyalahkan apa yang sudah terjadi dan mengkambing hitamkan orang tua saya atas kesehatan mental saya saat ini, karena seperti saya bilang tidak ada orang tua yang sempurna.
Bila kalian sudah menjadi orang tua atau akan menjadi orang tua, saya yakin kalian sudah mengetahui bahwa menjadi orang tua di zaman seperti saat ini tidaklah mudah, butuh ilmu dan persiapan, baik fisik maupun mental. Saya ucapkan selamat menikmati menjadi orang tua, dari saya yang sampai saat ini, tidak berencana menjadi orang tua.
Namaste
No comments:
Post a Comment