Tuesday 22 September 2020

Dhanyavad

Sesungguhnya, saya hanya ingin bersyukur dan berterima kasih saya masih bisa diberi kesempatan hidup sampai hari ini, sampai di umur sebanyak ini.

Hari di mana umur saya bertambah, tak henti-hentinya saya tersenyum, berterima kasih dan bersyukur, sebanyak apapun meeting dan pekerjaan yang harus saya selesaikan kemarin, saya tetap menikmatinya. Ditambah lagi kiriman kue, makanan dan bunga dari orang-orang terdekat semakin membuat hari saya terasa lebih meriah walaupun kita semua dalam kondisi sekarang ini, saat kita tidak bisa menghabiskan waktu dan merayakannya bersama.  Dan ternyata doa saya masih didengar dan dikabulkan, saya tidak menghabiskan hari ulang tahun saya sendirian, atau mungkin tanpa saya sadari saya selalu mengusahakan agar saya tidak sendiri di setiap hari ulang tahun.

Kata Dhanyavad  yang saya ambil sebagai judul, adalah sebuah kata sanskrit yang berarti gratitude. Saya sangat bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini, kesehatan, pekerjaan, tempat tinggal, orang-orang yang saya sayangi, sahabat yang menyayangi saya, keluarga, dan teman dan kerabat yang ternyata masih ingat hari ulang tahun saya.

Sebagai tanda terima kasih pada semesta dan segala isinya, termasuk semua yang telah saya sebutkan di atas, saya sampaikan dalam sebuah doa indah di bawah ini.

om sarveshaam swastir bhavatu
*in gratitude for our health and well-being 

sarveshaam shantir bhavatu 
*in gratitude for inner peace 

sarveshaam poornam bhavatu 
*in gratitude for the fullness of heart 

sarveshaam mangalam bhavatu 
*in gratitude for the auspiciousness in our lives

om sarve bhavantu sukhinah 
*may all beings be happy! 

sarve santu niraamayaah 
*may all beings be free from illness! 

sarve bhadraani pashyantu 
*may all beings increase the good for others! 

maakaschit duhkha bhaag bhavet 
*may no one suffer from sorrow!



P.s: I just realized that I'm more into Sanskrit now,
was it related to my name? 




Cheers,

Wednesday 2 September 2020

Cita-Citaku

Tahun 2020 adalah tahun kedua saya belajar untuk menjadi seorang manusia yang lebih mencintai bumi dan lingkungan dengan mencoba jadi seorang vegetarian. Kalau saya coba ingat kembali dan merunut ke belakang, sebetulnya menjadi seorang vegetarian/ vegan sudah menjadi cita-cita saya sejak tahun 2008 dan baru terwujud lebih dari 10 tahun kemudian. 

Kalau kalian belum tahu, mungkin saya jelaskan sedikit bedanya vegan dan vegetarian ya. Jadi, vegan itu adalah sebuah sebuah filosofi, prinsip atau gaya hidup dimana orang tersebut sudah tidak mengkonsumsi produk hewani sama sekali, pun termasuk madu. Sedangkan vegetarian, adalah orang yang menganut prinsip yang sama tetapi masih mengkonsumsi telur, susu dan produk turunannya, dan juga madu. Oh, dan satu lagi, orang yang juga masih mengkonsumsi ikan, itu disebut dengan pescatarian. Untuk lebih lengkap soal jenis-jenisnya karena istilahnya lumayan banyak, silakan cari sendirin aja ya, hehehe...

Saya sering ditanya, apa alasan saya menerapkan pola makan dan hidup seperti itu? Apa ada hubungannya dengan yoga yang sering saya lakukan? Atau dengan meditasi yang juga saya kerap pelajari? Jawabannya, ya karena saya ingin aja, kalau udah cita-cita kan kita pasti akan cari cara untuk belajar dan berusaha untuk meraihnya, ya kan? Terus, seseorang yang menjadi vegan juga sering dikaitkan dengan kecintaanya terhadap binatang, apakah saya seorang pecinta binatang? Bersiaplah kecewa, karena jawaban saya adalah saya lebih mencintai bumi dan semesta dengan segala isinya. Saya bukan seseorang yang sangat mencintai binatang, saya juga belum pernah punya hewan peliharaan loh, namun bila suatu saat saya mampu berkomitmen dan kesempatan untuk merawat binatang, saya ingin merawat seekor anjing (nanti saya cerita soal komitmen merawat binatang).

Mempraktekan sebuah filosofi atau prinsip dalam hidup, itu pasti ada rintangannya atau cemoohannya. Apalagi kalau di lingkungan sekitar kita masih jarang seseorang yang menerapkan hal itu. Seorang teman kantor pun sering menggoda saya dengan kalimat "makan daging lah biar hidupnya lebih berwarna dan bersemangat" tapi dia tahu saya sudah tidak lagi tergoda dengan hal itu jadi ya saya balas aja dengan bilang tahu dari mana kalau hidup saya ga berwarna, hehe...
Sebetulnya, dalam proses belajar ini pun saya juga semakin mengenal tubuh saya dan reaksinya dari apa yang saya makan. Pernah suatu waktu, ketika dalam saya mencoba untuk berhenti makan ikan dan protein hewani yang saya makan hanya telur, badan saya bereaksi sampai bisulan dan saya sudah tidak kuat lagi makan telur ataupun mencium bau telur dan itu adalah pertama kalinya saya bisul seumur hidup, hahaha...

Terus ya, kalau dipikir-pikir, saya rasa tanpa kita sadari setiap orang bisa memilih jalannya masing-masing untuk mewujudkan rasa cinta dan terima kasihnya pada bumi dan semesta. Bila kalian lebih nyaman untuk menjadi seseorang yang giat dalam menjaga lingkungan dengan mengurangi pemakaian kantong plastik, sedotan juga styrofoam, atau seseorang yang sangat concern dengan produk berbahan natural dan organik, atau seseorang yang mulai membeli produk dalam negeri demi mengurangi jejak karbon dan emisi, atau seseorang yang aktif melindungi hewan ataupun menjadi seorang vegan atau hal lainnya yang tujuannya adalah untuk melestarikan alam semesta, ya lakuin aja.
Carilah jalan nyaman dan prinsipmu sendiri untuk melindungi bumi, rumah kita, yang memberikan segala isinya untuk kenyamanan hidup manusia.

Saya hanya berharap, semoga kita semua dapat menjadi manusia yang berkesadaran. Sadar terhadap apa yang kita lakukan, yang kita ucapkan, yang kita makan, dan yang kita pikirkan. Mungkin kalau kita udah sadar, kita akan selalu merasa cukup dan ga jadi manusia yang rakus lagi.


Lokah samastah sukhino bhavantu
May all beings everywhere be happy and free


Cheers!