Tuesday 3 September 2019

A Lightworker

Seperti yang sudah pernah saya tulis sebelumnya mengenai masalah pekerjaan yang saya alami dan kemudian saya mengenal istilah dan ciri-ciri lightworker, saya mulai menyadari bahwa tujuan saya sekarang ini mulai berubah. Hal ini menimbulkan gesekan yang cukup serius dalam pekerjaan saya, lalu saya pikir kenapa tidak saya coba untuk melakukan beberapa tipe pekerjaan yang bisa dilakukan seorang lightworkers yang saya tertarik untuk mengerjakan dan mendalaminya dengan serius sekarang, walaupun mungkin satu diantaranya butuh waktu, biaya dan tekad yang benar-benar kuat. Saya tidak akan menyerah.

Kalau pertanyaan itu muncul, pertanyaan yang bilang kalau sudah sadar dan tertarik sejak lama, kenapa baru sekarang? Jawabannya sejak dulu saya melakukan beberapa, tapi hanya sekadar sebagai penikmat dan hobi, bukan menjadikannya sebagai pekerjaan. Contohnya saja saya sudah menulis blog ini sejak lama, tapi dengan sengaja blog ini saya buat agar tidak bisa dicari oleh mesin karena merasa saat itu belum perlu, karena blog ini sebagian hanya curahan hati berbentuk puisi atau narasi ga penting yang saya pikir buat apa orang tahu. Tapi kemudian sekarang ini saya pikir orang perlu tahu seperti apa tulisan saya agar orang yang membaca tahu kemampuan saya menulis atau tingkat kreativitas saya, ya walaupun tulisannya masih jauh dari kata bagus atau sempurna. 

Jadi mari kita mulai dengan serius untuk rajin menulis dan mencari project menulis agar ide dan kreativitas saya terus mengalir. Mari kita mulai agar saya bisa menjadi seseorang yang bisa membantu dan menolong orang dengan skill, bakat dan pengalaman yang saya miliki. Dan terlebih, mari kita mulai semua ini dengan jujur, karena apa yang bisa dipegang dari seorang manusia selain janjinya yang berupa kata-kata. 

Bila kalian para pembaca atau perusahaan kalian atau seseorang yang kalian kenal butuh seseorang yang bisa menuangkan pikiran seseorang menjadi tulisan, perlu artikel, review, menulis puisi atau quotes untuk kebutuhan promosi, dengan ini saya ga ragu buat bilang kalian bisa hubungi saya.


Semoga kita semua bisa mengoptimalkan bakat dan kemampuan kita dengan jujur, untuk menolong orang lain,
Cheers,

Monday 2 September 2019

Saya, Agama dan Bercanda

Dalam rangka merayakan Tahun Baru Islam kemarin, saya ingin berbagi cerita tentang pengalaman saya. Bukan pengalaman spiritual, karena siapalah saya jika dibandingkan dengan ustadz dan ustadzah atau para saudara muslim yang sudah beramai-ramai "berhijrah". Ini hal yang saya alami, yang saya rasakan dari lingkungan terdekat saya, teman atau mungkin sahabat. 
Hampir semua teman perempuan saya berhijab, jika kami sedang berkumpul dan foto bersama, saya hanya akan jadi perempuan sendiri yang menunjukan rambutnya dan kulit tangannya. Hal itu beberapa kali menjadi candaan bagi teman-teman saya. Bercanda dengan makna yang beragam, bisa jadi mengingatkan, mengajak, menyindir atau mungkin ya memang betulan bercanda. 

Bila saya cerita candaan satu teman ke teman lainnya, kadang teman saya yang tidak terima dengan candaan tersebut dan mengatakan bahwa bila dia jadi saya dia akan sangat tersingung akan hal itu. Tapi lucunya, beberapa kali justru teman yang membela saya itu juga yang mempertanyakan ritual keagamaan saya, hehehe.

Candaan itu dimulai ketika gelombang tren perempuan berhijab dimulai dan saya tidak mengikuti trennya. Kemudian pada saat hari raya kebetulan saya posting foto saya mengenakan hijab dan seorang teman berkomentar "Alhamdulillah, sekarang kamu sudah Islam". Jika mau diambil serius, bisa saja saya tersinggung dan bertanya apa sebelumnya saya belum/bukan Islam karena tidak berhijab?. 
Kemudian masalah hijab lagi, saya juga kerap disindir dan dibandingkan dengan anak balita teman saya yang sudah dipakaikan hijab, katanya seolah bicara mewakili anaknya "Aku aja udah pake hijab tante, masa tante belum, tante ga malu?", begitulah kira-kira candaan lainnya.

Hal ini juga berlanjut ketika saya mulai rajin melakukan meditasi, beberapa teman bertanya apakah saya masih suka sholat atau tidak dan teman yang lainnya malah berasumsi bahwa saya lebih mengutamakan meditasi daripada sholat. 
Pertanyaan dan asumsi itu tidak menjadi masalah bagi saya, toh saya yang menjalaninya dan menurut saya, hubungan saya dengan Tuhan adalah hubungan pribadi yang tidak perlu orang tahu seberapa dekat atau seberapa kuat.

Karena sudah terbiasa dengan orang yang meragukan nilai agama saya di kehidupan sehari-hari, pernah suatu ketika saat sedang bersama dengan anak teman saya dan saya mengajarinya doa-doa pendek. Melihat ekspresinya ibunya yang sedikit kaget, meluncurlah kalimat sarkas dari mulut saya, saya bilang padanya untuk tidak kaget dan underestimate dengan ilmu agama saya.

Banyak hal sebetulnya yang terjadi karena orang menilai saya hanya dari "luar"nya saja, tak perlu lah saya jelaskan pada semua orang yang saya kenal seberapa dalam ilmu agama saya atau bagaimana saya mengimaninya. Bagi saya, dengan banyak membaca dan mengetahui ilmu agama lain, mata kita sebagai manusia dan umat beragama justru semakin terbuka lebar dan semakin sadar bahwa kita ini sangatlah kecil dan apa yang kita banggakan selama ini bukan apa-apa.

Semoga di tahun baru ini, kita semua menjadi manusia dan umat beragama yang lebih baik lagi. Yang memiliki rasa kemanusiaan, rasa toleransi, tolong memolong, menyebarkan kebaikan dan terbuka pada nalar dan ilmu pengetahuan. Semoga kita menjadi manusia yang bisa memilah mana yang baik dan buruk, dan menjadi manusia dan umat beragama yang cerdas.



Selamat Tahun Baru Islam 1441 H,
Cheers,