Saturday 16 September 2017

Selamat, Semalam

Terbangun, pagi ini aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Setelah saling melempar kecupan di pipi, kata pertama yang dia ucapkan adalah "Selamat!" sambil mengangkat gelas yang masih kosong karena kami baru sama - sama sampai di sebuah cafe favorit. Kujawab kita hanya bertemu menikmati malam dan menunggu macet sedikit mengurai, untuk apa mengucapkan selamat dan tak ada yang harus dirayakan.

Dia, sahabatku yang perkataannya lebih pedas daripada saat dia makan cabai rawit sekalipun, tergelak dan dengan santainya berkata bahwa dia mengucapkan selamat untuk kebebasanku, untuk hal - hal baru yang aku lakukan, dan langkah gilaku lainnya. Matanya tenggelam dalam buku menu sambil bertanya minuman apa yang akan dipesan, dan aku menyetujuinya, aku sepakat bahwa tahun ini memang bukan tahun yang mudah untukku, aku belajar banyak.
Beruntung rasanya punya beberapa sahabat yang bisa menerimaku apa adanya, mereka memaki ketika tahu kesalahan yang kulakukan tapi mereka juga selalu mendukungku, juga menertawakan ketika aku bercerita tentang sikap menyebalkan atau aneh yang tanpa sadar kulakukan, dan dia salah satunya.

Cafe semakin malam semakin ramai, musik terdengar sayup dan masih dalam kondisi yang bisa diterima kupingku. Kami mengobrol sepanjang malam membahasa hal - hal penting untuk masa depan hingga remeh temeh dan mengomentari hidup kami saat ini dengan sangat sarkas. Tak ada yang dapat menghina atau mem-bully kami sebaik kami melakukannya pada diri kami sendiri, dan itu adalah bagian dari pertahanan diri, begitu prinsipnya.

Pada saat diperjalanan pulang, aku berpikir "Bahwa di luar sana ada yang sedang merayakan, entah menuju kebebasan atau merayakan keterikatan, dengan penuh cinta, kepalsuan atau kebencian. Bahwa di luar sana ada yang sedang memegang harapan, menunggu semua pintu terbuka, dan mencoba peruntungan. Bahwa di luar sana ada yang hanya bisa menerima keadaan, tak bergerak, tak melangkah, mungkin masih bernapas.
Oleh karena itu aku melakukannya lebih baik, bebas tak terikat, jujur tanpa dusta, aku memiliki harapan lebih besar, karena aku tidak memalingkan muka dan dan melempar kesalahan, karena hidup dapat bergulir menuju apa yang diinginkan."

Baru aku sadari kutemukan diriku yang tertidur masih dengan pakaian lengkap tanpa menghapus make up, ah sungguh aku lupa seberapa banyak cairan fermentasi bening itu semalam kami tenggak.