Friday 30 October 2020

Perasaan Menulis Perasaan

Tanggal 30 Oktober 2020 adalah hari terakhir dari tantangan menulis selama sebulan bersama dengan teman-teman saya. Walaupun saya beberapa kali terlambat untuk menulis, tapi saya tetap berusaha untuk terus lanjut.

Tema hari ini adalah bagaimana perasaan kita saat kita menulis selama sebulan ini. Salah satu teman saya yang ikut dalam tantangan ini, mengajak untuk melanjutkan tantangan menulis bulan depan dengan tema menulis cerita fiksi dalam 1000 kata. Katanya, "Masa kita sudah bisa menceritakan tentang diri sendiri selama 30 hari, untuk bikin cerita fiksi ga mau, kan biar maju." 

Sebetulnya bukan saya ga mau, atau ga ingin maju. Tapi saya beneran ga bisa kalau harus bikin cerita fiksi. Saya pernah melakukannya. Well, bukan  cerita fiksi banget sih, saya pernah menuliskan kisah persahabatan saya waktu SMA, saya tulis tangan di buku tulis. Nama sahabat-sahabat saya sedikit disamarkan, mungkin selama seminggu saya mengurung di kanmar dan menulisnya. Begitu selesai, saya malu-malu menunjukkan ceritanya sama teman di bangku depan (bukan sahabat saya) untuk dibaca. Setelah dia baca, dia malah bilang bahwa ini cerita nyata tentang sahabat-sahabat saya dan malah jadi bahan gosip. I felt bad those time

Nah, balik ke perasaan selama saya menulis dan melakukan tantangan ini. Saya selalu membiasakan membaca tulisan teman-teman saya sebelum saya menulis. Dan dalam tantangan kali ini, saya merasa lebih jujur dan terbuka tentang diri saya dan keluarga saya. Saya jarang banget menulis cerita tentang Mamah, atau Bapak, atau keduanya atau keluarga saya, tapi dalam tantangan ini, saya beberapa kali membicarakannya.

Saya yang dari SD sudah menulis diary, merasa menulis itu seperti sebuah cara untuk saya berefleksi diri, mencurahkan perasaan dan pikiran, bersyukur dan membuat saya terus belajar. 
Saya yang berkeinginan untuk jadi penulis, walaupun ga tahu penulis apa, semoga ga pernah bosan dan terus semangat dalam memperbaiki diri dan teknik menulis saya.

Semoga apa yang saya tulis, yang saya dan kalian baca, bisa bermanfaat untuk kita semua.




Namaste

Merancang Masa Depan

Jika memang saya masih ada umur panjang dan bertahan melewati pandemi ini, saya sudah mengatur beberapa rencana.

Jika memang penerbangan internasional sudah dibuka kembali, tentu saja hal paling saya tunggu adalah kedatangannya ke sini. Untuk mewujudkan agenda kami, mulai dari menemaninya menonton rally, mencari alat musik yang dia gemari, hingga hal-hal yang hanya bisa kami nikmati sendiri.

Ada kami atau hanya saya sendiri, saya selalu ingin tinggal di sebuah pulau yang rumahnya dekat dengan pantai. Rumah kami atau rumah saya sendiri, nanti, tak perlu besar yang penting bersih dan rapi.

Dengannya atau hanya saya seorang diri, pastilah saya akan tetap mengejar mimpi. Hidup bersamanya atau sendiri seperti sekarang ini, saya tak mugkin lupa untuk meditasi. 

Bila masa di masa yang akan datang tak ada aral melintang, mungkin hal itu bisa terjadi. Di mana kami tak perlu berjauhan, bisa saling menemani dan bicara sepanjang hari.

Bila memang kami bisa bersama, tentu saja saya akan semakin berbahagia.

Mencintaimu

Berbagi kisah tentang mencintai seseorang itu susah - susah gampang, ini berarti saya harus membongkar buku mata pelajaran mencintai yang sudah berjilid -jilid dan berdebu di pojokan sana.

Saya belajar untuk mencintai seseorang dengan cara yang berbeda, dan buku-buku yang tertumpuk di ujung sana berakhir dengan meninggalkan luka, untuk saya, ataupun kami berdua.

Mencintai seseorang tidak harus sama. Karena cinta, saya rela untuk patah hati, asalkan saya bisa mendukung seorang anak untuk berbakti. Karena cinta, saya bahagia melihatnya berbahagia dan tetap menulis 1 puisi disetiap hari ulang tahunnya. Karena katanya cinta tidak harus memiliki, saya mencintainya dalam doa.

Berlatih untuk mencintainya membuat saya menemukan diri sendiri. Tertatih melepaskannya membikin saya bisa terbang lebih jauh lagi. Mencintainya tidaklah sulit, tapi melupakannya sungguhlah rumit.

Thursday 29 October 2020

Pemberi Inspirasi

Dalam jurnal tantangan meditasi, saya pernah menuliskan 50 orang yang berpengaruh dalam hidup saya sampai saat ini. Untuk saya selain berpengaruh, mereka juga memberikan saya inspirasi mengenai hidup, baik itu secara langsung ataupun tidak, karena 50 orang tersebut bisa yang kita kenal secara pribadi, publik figur yang kisahnya menjadi pelajaran atau sebuah akun anonim yang postingannya selalu memberikan pencerahan. 

Kepada 50 orang yang ada dalam list saya, saya berterima kasih karenanya saya bisa bertahan dan menjadi saya yang sekarang ini. Walaupun saya juga ga tahu sih sekarang ini saya udah jadi apa, kok rasanya sih masih gini - gini aja, tapi ya saya terinspirasi dari mereka itu. 

Saya juga ga tahu kenapa harus 50 orang, tapi kalau 100 orang juga saya butuh waktu yang sangat lama untuk menuliskannya, hehehe... 

Semoga 50 orang yang ada dalam list di jurnal saya selalu diberkati, diberikan kesehatan dan selalu menginspirasi.





*So Hum*

The Schools

Bicara mengenai sekolah, saya adalah anak yang tidak memasuki masa sekolah di Taman Kanak - Kanak, saya sekolah langsung masuk SD. Mungkin karena itu seni saya dalam menggambar, menggunting dan keterampilan melipat kurang bagus, karena biasanya kan hal itu yang dilakukan anak - anak TK.

Dari SD sampai saya kuliah D3, saya selalu bersekolah di sekolah negeri. Saya ga tahu apakah ini prestasi atau merupakan hal yang biasa saja, tapi saya menikmatinya, walaupun saya tidak bersekolah di sekolah favorit atau sekolah yang bergensi. 

Yang saya sadari adalah, semua sekolah tersebut pernah saya inapi. Dari SD, SMP, SMA saya pernah menginap di sekolah, kalau di kampus sih ga usah di tanya ya, saya sepertinya hampir setiap weekend bisa menginap di kampus, baik itu untuk acara BEMA atau acara himpunan. Saya juga termasuk anak yang aktif dan mudah berteman dengan siapa saja, saya sudah aktif di Pramuka sejak SD, ikut lomba baris berbaris, lomba gerak jalan dan saya pandai memainkan tongkat. Lain hal nya ketika SMP, kalian mungkin ga akan percaya kalau saya adalah komandan PMR di sekolah saya dulu, hahaha... Terus saya dulu seperti punya obsesi untuk menjadi pengurus OSIS, waktu SMP saya bukan pengurus OSIS tapi semua sahabat saya adalah pengurus OSIS, jadi saya udah kaya anggota terselubung, dan saya juga anggota paduan suara yang latihannya sungguh lah padat. Dalam seminggu saya sekolah, saya ga pernah pulang tepat waktu, pasti ada saja kegiatan yang saya lakukan, latihan PMR lah, latihan paduan suara lah, kumpul pengurus OSIS lah (yang sebenarnya saya ga penting juga untuk ikut), diajak ke rumah kakak kelas lah untuk main, kerja kelompok lah, atau mungkin diajak nonton latihan band sama cowok yang lagi PDKT sama saya, hahaha...

Barulah di SMA saya beneran jadi pengurus OSIS dan saya tidak mengikuti organisasi lain. Saya sok-sok mundur dari OSIS karena saya sibuk dengan dunia radio saya dan drama klub saya dengan sahabat-sahabat saya. Saya dari SMA udah siaran di salah satu radio kampus di Bandung dan beberapa kali siaran di radio besar di Bandung. Makanya kemarin saya sempat bilang saya pernah berkeinginan untuk jadi seorang penyiar profesional. 

Dulu, saya berkeinginan untuk ambil S2, saya selalu bulat untuk ingin ambil Master or Business Administration. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, ternyata sekolah itu ga harus di sekolah kok, dan sekolah itu ga perlu ijazah atau gelar. Semua itu tergantung tujuan untuk apa kita bersekolah, dan karir yang kita ambil. Dulu teman saya sempat bertanya uang yang dikasih orang tuanya apakah lebih baik untuk sekolah S2 atau untuk beli mobil, saya tidak bisa menjawabnya karena yang tahu adalah dirinya sendiri mau jadi apa.

Belajar itu tidak harus di sekolah, apa lagi belajar mengenai kehidupan. Sebanyak apapun ijazahmu dan sepanjang apapun gelarmu, the school of life will always surprises you dan dalam sekolah kehidupan, yang ada hanya belajar dan ujian, tidak ada perbaikan nilai ataupun persiapan contekan. 

Jadi, kita semua adalah murid dari sekolah kehidupan yang ujiannya dibuat sangat berbeda untuk masing-masing orang. Tak peduli apapun nilainya, tetaplah belajar agar mampu melewati ujiannya dengan baik.



Namaste

My Own Birthday Present



Sebetulnya tema dari tantangan menulis di hari ke 25 (saya telat, lagi!!) ini adalah mengenai sesuatu yang menginspirasi dari foto ke 11 di hp kita. Kebetulan foto di atas diambil pada tanggal 20 September 2018 jam 23.22 WIB di Citos dalam rangka untuk menunggu pergantian umur saya. Tahun itu saya menghadiahi diri saya sebuah hp dan matras yoga, sebuah matras yang cukup mahal yang sudah saya idamkan sejak tahun 2014 walaupun modelnya berbeda.

Bisa dilihat kan kalau suasana mall nya sudah cukup sepi, tapi entah kenapa saya justru suka mall yang sepi dari pada yang ramai dan padat. Kalau mall nya sepi, saya rasanya punya waktu untuk menikmati suasana dan kemegahan sebuah mall, tanpa harus berbagi atau khawatir kalau jalan nabrak orang. Sama seperti jalanan, dulu waktu SMA saya dan teman-teman saya sering banget jalan-jalan tengah malam di Bandung hanya untuk berkeliling menikmati suasana dan lampu kota. Sampai sekarang pun saya masih sering menikmati lampu kota kalau malam hari atau pemandangan gedung-gedung tinggi di siang hari, ga peduli kalau saya dibilang norak, hehehe...

Entah mulai dari kapan, saya mulai menghadiahi diri sendiri kado ulang tahun. Ini merupakan saya terima kasih dan syukur saya sama diri sendiri, sambil tepuk pundak sendiri saya bilang "good job, terima kasih sudah bertahan dan bekerja keras selama ini". Dan kalau saya sakit, sakit apapun, saya suka minta maaf sama diri sendiri, sama tubuh ini, sama badan saya. Seperti kejadian kemarin, asam lambung saya kambuh lagi setelah terakhir kali saya kambuh yang sampai separah ini di tahun 2017, dalam meditasi saya meminta maaf karena tidak merawat tubuh saya dengan baik. Saya sadar ada hal yang membuat saya khawatir berlebihan, juga saya terlalu abuse dosis minum kopi saya. Dan saya pun minum obat, iya minum obat warung setelah bersih dari obat kimia beberapa tahun, dalam 2 hari saja perut saya sudah baikan dan saya tak lupa juga untuk berterima kasih, juga sekarang lagi berhenti dulu untuk minum kopi.

Jadi sudah kah kamu berbicara dan mendengarkan tubuhmu sendiri?




Namaste 

Pelajaran Hidup

Sepertinya pelajaran dalam hidup saya mulai beragam semenjak saya pindah ke Jakarta tahun 2016. Beragam karena emang banyak banget kejadian yang membuat saya bisa menjadi seperti sekarang ini. Bayangkan saja, saya bekerja di 4 perusahaan hanya dalam 1 tahun. Jarak dari mamah jatuh sakit ke bapak sakit juga kurang lebih hanya beda 1 tahun, dan saya pernah tidak punya uang sama sekali dan tinggal seorang diri di kota yang katanya lebih jahat dari ibu tiri ini. Kegalauan dan kesedihan saja juga saya tuangkan di beberapa tulisan di blog ini.

Banyak yang bisa saya petik dari pengalaman hidup yang naik turun seperti roller coaster ini. Hanya saja, pelajaran yang masih harus saya latih agar saya semakin percaya diri adalah untuk berkata "Tidak" atau untuk lebih berani untuk "speak my mind". Saya merasa dengan saya yang seperti ini saya masih suka mengikuti pendapat orang atau maunya orang lain, jadinya saya merasa kesal sendiri dan menganggap saya kok gampang banget didikte orang. Sifat passive aggresive saya juga kadang tidak membantu dalam hal ini, karena saya akan semakin memainkan seni bernegosiasi saya dalam hidup, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. 

Pelajaran yang saya benar-benar pegang adalah kadang keluarga juga bisa menjadi sumber kesedihan kita. Walaupun darah yang mengalir dalam tubuh kita sama, kita bisa saja terluka, karena benci, iri, atau mungkin memang dari awal komunikasi kita tidak pernah terbuka, yang mengikat hanya kehadiran orang tua. 

Kenapa kesannya saya cuma dapat pelajaran karena saya mengalami berbagai macam masalah dan kesedihan ya? Padahal saya juga belajar berbagai macam hal, saya juga ga peduli kalau orang bilang saya yang sekarang ini sudah berubah, berbeda dengan saya yang dulu. Mungkin orang yang bilang begitu tidak terlalu mengenal saya, karena saya masih Mira yang sama hanya saja dengan isi kepala yang semakin terbukan menerima keberagaman. 

Siapa sangka saya yang asalnya enggan untuk main dating apps malah bertemu dengan banyak orang dari aplikasi-aplikasi itu dan memberi saya cerita, pengalaman dan pelajaran lebih banyak. 
Fun Fact: Dari dating app juga mimpi saya untuk memiliki tattoo cincin pernikahan hancur, karena saya bertemu seorang pria yang memiliki tattoo cincin pernikahan (berinisial malah), tapi mereka bercerai karena sang istri lebih tertarik untuk hidup dengan wanita lain! Sungguh seru kan pelajaran hidup saya? Hahaha...  



Semoga kita semua menjadi makhluk yang tidak pernah berhenti belajar...





Namaste

Friday 23 October 2020

Surat Cinta

Dear K,


Mungkin suatu saat kamu akan membaca ini. 

Kamu tahu, ini bukan kali pertama saya menuliskan surat cinta elektronik untuk kamu. Surat cinta saya yang sebelumnya isinya biasanya panjang dan penuh keputusasaan dan pertanyaan sampai kamu kebingungan untuk membalasnya. 

Saya pun pernah bilang bahwa saya menuliskan sebuah puisi tentang kamu, saya tahu kamu hanya mengetahui arti dari beberapa kata saja, dan kamu tertarik ingin membacanya. Padahal, puisi tentang kamu tidak hanya satu, hehehe...

Kamu tahu saya bisa sangat manis dan romantis sampai membuat kamu meringis, tapi membaca ini, mungkin kamu akan berpikir saya aneh dan ini hanyalah sebuah tantangan untuk mengisi kebosanan.

Padamu, saya tak pernah menahan semua isi pikiran saya.

Padamu, saya tak pernah menutupi apapun baik luka maupun trauma.

Padamu, satu pertanyaanku menjadi seribu.

Padamu dan isi kepalamu, aku terpaku.




Cheers!

Cerita Tentang Hari Ini

Alasan yang membuat saya selalu terlambat menulis, adalah sebuah cerita yang akan saya deskripsikan hari ini. Pekerjaan dan kelelahan. Sudah cuma itu saja, simpel kan? Apa kita sudahi saja ceritanya? hehehe...

Hari ini (per tanggal 22 Oktober 2020, ya) saya bangun dan membaca chat yang membuat saya tersenyum di pagi hari. Apapun isi chatnya, saya tahu dia baik-baik saja di sana dan menyempatkan waktu untuk sekadar mengirimi saya link Youtube mengenai hal-hal yang menarik perhatiannya, atau mengirimi saya lagu hasil mixing nya seharian, atau cuma membalas sederetan pesan saya sebelumnya dengan emoji. Dia adalah orang pertama yang saya cari kehadirannya setiap saya bangun tidur. 

Pola yang kerja pulang - kerja pulang di saat pandemi seperti sekarang ini, tanpa diselingin bertemu teman dan sahabat atau melakukan hobi ternyata membuat kita merasa lebih kelelahan dari pada rutinitas sebelum pandemi. Jika sudah kelelahan karena pekerjaan dan hal - hal lain yang menguras emosi dan pikiran, saya cuma bisa meditasi lalu tidur, makanya tidak sempat menulis. 

Saya juga belum menemukan pola terbaik untuk kembali berolahraga di tengah gempuran pekerjaan yang semakin ke sini rasanya load-nya semakin bikin saya angkat tangan. Semoga dengan adanya tambahan orang di team saya, saya bisa sedikit membagi tumpukan dalam list saya. Dan karena tuntutan pekerjaan yang membuat saya harus berkoordinasi dengan banyak pihak, saya harus selalu standby dan online dalam WhatsApp. Makanya, kala weekend saya berusaha sekali untuk mengurangi membuka WhatsApp.

Hal yang membuat saya selalu bersyukur walaupun diterjang sana-sini, adalah saya masih punya pekerjaan yang membayar saya dengan penuh di saat banyak orang mengalami pengurangan pegawai atau kena PHK. Saya pun juga ga tahu sampai kapan perusahaan kami sanggup bertahan walaupun aplikasi kami baru saja diluncurkan dan belum melakukan promosi besar-besaran. 

Walaupun polanya mungkin akan selalu sama sampai keadaan bisa sedikit terkendali, entah terkendali menurut versinya siapa, setiap hari pasti saja ada hal baru. Dulu, pekerjaan menuntut saya untuk selalu bertemu dengan orang baru setiap hari, sekarang saya mungkin tidak sering ketemu orang baru tapi concall dengan partner baru yang sebetulnya hampir sama saja, hahaha...

Cerita tentang hari-hari saya mungkin terbaca membosankan di sini, tapi percaya deh kalau kalian mendengarnya langsung dari saya, mungkin lebih menjemukkan lagi atau lebih menarik karena saya menceritakannya penuh emosi.

Hari ini saya melakukan yang terbaik sebisa saya untuk semua peran yang dimiliki. Sebagai teman berbagi dalam segala hal, sebagai pekerja yang memenuhi aturan dan menyelesaikan peran dalam pencaharian, sebagai rekan kerja, sebagai mitra, sebagai manusia bernama Mira. 


Semoga kita semua masih dapat kesempatan untuk bangun esok pagi, dan memulai lagi hari.




Namaste

Thursday 22 October 2020

L.O.V.E

Kalian pasti pernah membaca atau mendengar kalimat "Cinta itu universal" ya kan? Saking umumnya dengan cerita bertema cinta, cinta bisa jadi sesuatu hal yang disepelekan atau dianggap klise atau menjadi hal yang sangat indah, kuat dan magis. Semua kembali pada orang yang merasakannya masing - masing. Rasanya tak perlu lah saya menjelaskan apa arti cinta untuk saya. Mari kita bedah apa itu cinta secara makna, secara bahasa, seberapa dalam kita tahu tentang arti dari kata cinta, atau kaitanya dengan psikologis, karena kadang sering kita menulis cinta dengan mudah tapi sulit ketika kita harus mengucapkannya secara langsung.

Cinta adalah rasa dan sebuah emosi yang positif, bila kita lihat di Wikipedia, maka kita akan menemukan penjelasannya dengan lengkap baik secara definisi, terminologi dan etimologi, saya yakin kalian belum pernah mencari arti kata cinta dalam Wikipedia, atau sudah? Secara psikologi pun, cinta memiliki banyak pengertian dan pendapat para ahli. Secara teori dikatakan dalam sebuah laman psikologi dan saya tambahkan di sini dari beberapa laman lainnya, bahwa cinta mempunya 3 teori, teori menyukai atau mencintai, teori kasih sayang dan gairah, dan teori segitiga cinta (bukan cinta segitiga loh ya).
Nah, untuk teori pertama, ternyata untuk membedakan antara suka dan cinta itu ada turunannya, yang pertama adalah perhatian, kemudian kasih sayang, lalu keintiman. Untuk teori kedua, antara kasih sayang dan gairah,  kasih sayang adalah emosi yang didasari pada perasaan dan tingkah laku saling menghormati, menghargai, keterikatan, dan kepercayaan, sedangkan yang dimaksud dengan gairah adalah mengarah pada sesuatu yang didasari pada keadaan emosi yang kuat serta ketertarikan seksual. Dan untuk teori yang ketiga mengenai segitiga cinta, 3 hal dalam segitiga itu adalah intimacy, passion dan commitment. 

Dari 3 hal tersebut, ternyata cinta bisa membentuk pola, 
1. Liking (suka) artinya hanya merasakan keintiman tanpa ada unsur gairah dan komitmen
2. Infatuated (tergila-gila) artinya hanya merasakan gairah tanpa ada unsur keintiman dan komitmen
3. Empty love artinya terdapat unsur komitmen tanpa ada unsur gairah dan keintiman
4. Romantic love artinya kombinasi keintiman dan gairah tanpa ada unsur komitmen
5. Companion at love artinya kombinasi keintiman dan komitmen tanpa ada unsur gairah
6. Fatuous love artinya kombinasi gairah dan komitmen tanpa ada unsur keintiman
7. Non love artinya ketiga komponen cinta di atas tidak ada yang biasanya hanya muncul dalam hubungan sekitar yang tidak menetap
8. Consummate love artinya kombinasi dari ketiga komponen di atas dan sering disebut sebagai cinta yang utuh

Mari kita menelaah persaaan kita, saat ini kita berada di pola yang mana atas rasa cinta yang kita miliki sekarang terhadap seseorang. Sebetulnya, dengan membaca pola ini saya juga jadi mengerti, memang secara psikologi, hal di mana seseorang yang sudah memiliki pasangan, tapi tetap mencari orang lain itu bisa terjadi, untuk membuatnya merasa utuh, merasa lengkap, merasa genap. Karena hubungan setiap orang satu dengan yang lainnya, pasti memiliki pola dan bentuk bahasa cinta yang berbeda. Pernah dengar istilah Love Language kan?

Semoga semua makhluk di semesta ini menemukan cinta dan pasangannya masing - masing




Cheers!

Wednesday 21 October 2020

I've Got A Crush

Celebrity crush(es) udah pernah saya tuliskan beberapa kali, jadi sepertinya agak bosan kalau saya harus mengulang lagi ceritanya.
Silakan berkeliling berjalan-jalan untuk membaca postingan saya ke belakang, dan kamu akan mendapatkan jawabannya.

Happy Blog-walking and enjoy the ride!

Cinta Pertama

Beri tahu saya soal cinta pertama,

Apakah itu pengalaman asmara yang sulit untuk lupa?

Atau yang dengan berakhirnya perjalanan cinta, membuat kita paling terluka dan berduka?

Atau sebuah sebuah kisah dimana 2 orang manusia saling saling mengirimi surat di umur yang belia?


Saya ingat semua suka dan dukanya pengalaman asmara saya, rasanya tak mungkin lupa, saya ini panjang ingatan, sudah saya bilang kan?

Saya juga sering terluka dan berduka karena cinta, entah karena waktu yang tidak tepat, orang yang tidak tepat, atau mungkin juga cuma karena cinta sesaat dan numpang lewat. Tapi sakitnya tetap melekat.

Saat saya remaja, saya merasakan bagaimana rasanya bertukar surat saat jam istirahat, saling memandang dari kejauhan, menitip salam dan kemudian tersenyum. Seketika itu dinyatakan sebuah cinta.

Lalu seperti apa cinta pertamamu?

Yang saling berbagi pengalaman pertama?

Yang sudah melibatkan orang tua?

Yang akan selalu jadi bagian dalam kisah perjalanan cintamu?

Yang sudah mengantongi restu?

Atau yang sudah menjadi undangan pernikahan, tapi berakhir dengan tangisan?


Seperti apa cinta pertamamu?

Fakta Cepat

Mari kita buat dengan cepat dan akurat, mengenai beberapa fakta tentang saya. Bisa jadi teman dekat saya atau sahabat saya sudah tahu, mungkin yang baca juga sudah tahu, tapi bisa jadi ada fakta yang membuat ternganga. Let's go!

1. Saya selalu mengaku kalau saya keras kepala

2. Saya hidup dengan aturan yang saya buat sendiri, dalam hal apapun.

3. Kalau saya sudah tertarik untuk mempelajari suatu hal yang baru, saya bisa mencari informasi sebanyak apapun yang saya mau sampai saya cukup puas. 

4. Saya agak susah untuk terpuaskan, dalam banyak hal.

5. Semakin ke sini, saya semakin mencintai diri sendiri dan mementingkannya daripada yang lain, demi kesehatan fisik dan mental, kedamaian, kebahagiaan saya, dll dll.

6. Saya sangat tertarik dengan fashion

7. Saya pernah menjadi penyiar radio dan pernah bercita-cita menjadi seorang announcer profesional

8. Saya percaya kita tidak sendiri di alam semesta ini

9. Saya mencintai bumi dan mulai melakukan hal-hal kecil untuk melindunginya

10. Saya percaya manusia adalah mahkluk hidup yang paling berbahaya di bumi ini

11. Saya tidak akan membela atau berdebat dengan seseorang untuk mempertahankan apa yang saya yakini, karena saya tidak perlu meyakinkan seseorang atau bersusah payah menjelaskan sesuatu pada orang yang tidak berpikiran terbuka

12. I judge my self hardly and other people softly (and silently)

13. Mamah judges me even harder than me

14. Pernah berniat memakai kerudung 2x, kali pertama saat saya selesai baca buku sunnah islam (saya pernah cerita di post yang lain) waktu saya SMP, yang kedua terjadi 5 tahun lalu

15. Saya penah mengencani guru saya

16. Saya sama teteh ga pernah akur dari kecil

17. Saya tidak berencana untuk punya anak

18. Saya pernah berhenti makan makanan pedas selama 1 tahun, minum kopi selama 6 bulan dan tidak makan nasi selama 1,5 tahun

19. Saya ingin jadi penulis, but I suck at writing story

20. Been told I suck at singing too, powerless, whereas I've been joining my school choir team since SMP

21. Saya tidak pernah membalas orang yang berbicara buruk tentang saya atau men-judge saya, tapi saya akan selalu ingat

22. Saya pernah menjadi bagian dari tim debat sekolah, dan berdebat dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

23. Saya suka demam panggung, setelah saya turun dari panggung atau spotlight

24. Saya seorang feminist

25. Saya pernah menjadi seseorang yang sangat nasionalis

26. Saya selalu ikut pesantren kilat sejak saya SD sampai saya SMA setiap bulan ramadhan dan setiap libur sekolah (bisa dibayangkan betapa bosannya saya dengan pesantren kilat)

27. Masih banyak hal di dunia ini yang membuat saya penasaran

28. Also been told that I suck at working

29. Saya sangat pemilih dalam apapun

30. Pengalaman pertama saya berjualan adalah waktu saya SD


Dari 30 poin yang sudah disebutkan, apa ada yang membuat kalian terkejut?



Cheers!

Memenangi Hati (Saya)

Akan sedikit serba salah atau mungkin orang bisa bilang double standard untuk mencuri hati dan mendapatkan perhatian saya sepenuhnya. Saya orang yang, menurut saya sendiri, terlalu banyak aturan. Saya ga tahu orang bisa keep up atau ga kalau hidup bersama saya, yang sudah tinggal sendiri lebih dari 10 tahun. 

Mengingat PR menulis saya cukup banyak, mari kita buat list saja mengenai hal-hal yang saya ga suka dan untuk menjadi seorang teman yang menyenangkan untuk saya, cukuplah dengan tidak melakukan hal-hal berikut. Terdengar aneh sih emang, tapi ya udahlah ya.

1. Tidak menjadi dirinya sendiri

2. Berbohong, ini related sama point di atas karena biar disukai, biar satu frekuensi, biar kesannya lebih keren, lebih pinter atau lebih dari siapapun (termasuk saya) jadinya seseorang ga jadi diri sendiri dan bohong. Sounds cliche? oh please, that happens! 

3. Makin ke sini saya makin males cerita sama orang yang ga bisa jaga privasi

4. Kalau makan atau ngomong ngecap, nyampah, meludah sembarangan (oops sorry), OMG those are so annoying!

5. Ga bisa nerima saran atau info, saya ini orangnya hobi banget share tips, info,  gosip atau hal remeh temeh lainnya. Tapi ada loh orang yang setiap saya share apapun pasti jawabannya "Udah tahu kok" atau "Thanks, tapi itu ga penting" sampai saya amazed sendiri karena pengetahuannya yang luas banget atau dia punya banyak waktu banget untuk akses semua informasi. Atau mungkin lain kali saya harus tulis #sharingiscaring hahaha...

6. Dengan ga membuat saya berkecil hati, maksudnya gimana? Gini loh, saya ini seorang teman atau sahabat yang posesif, hehehe... saya suka ingin tahu sahabat atau teman saya itu circle lainnya itu siapa, kalau saya lihat mereka asik membicarakan suatu topik, kenapa saat dengan saya kok dia kelihatan ga seasik itu, nah itu bikin saya suka berkecil hati apa saya ini bukan teman yang menyenangkan ya, begitu.

7. Tidak menghargai apa yang saya lakukan, misalnya? Gini, sebagai teman dekat, hal special yang saya lakukan untuk kamu rasanya itu sudah menjadi hal biasa, tapi bila orang lain yang melakukan hal itu, kamu akan mengapresiasinya dengan gegap gempita. Tolong jangan kaget, ini sudah sering terjadi pada saya, mungkin karena ini juga teman saya banyak yang datang dan pergi atau cuma occasional, hahaha...

8. Datang dan pergi sesuka hati, atau dengan kata lain cuma kontak saya kalau ada butuhnya aja. Percaya deh, saya itu open banget untuk chat atau ngobrol, saya tipe yang kamu tanya 1 saya jawab 3 dan akan tanya balik 5, tapi sepertinya ga semua orang juga bisa terima saya yang seperti ini, katanya saya terlalu excited dan seperti menginterogasi orang.

9. Nyambung dengan point di atas, saya merasa kalau kamu udah curhat sama saya, tandanya kamu percaya sama saya dan saya seneng banget bisa menjadi teman kamu dalam berkeluh kesah, atau bertanya, atau cuma buat nyampah, yang penting stay in touch!

10. Jangan mengurui saya, mencoba menjelaskan ini baik dan tidak baik, ini dosa dan tidak, ini halal atau haram.


Semoga kita semua saling memenangi hati seseorang yang berarti dalam hidup kita.



Namaste



Friday 16 October 2020

Rindu

Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang yang kamu rindukan sudah tiada? 

Dengan mendoakannya?

Apa yang kamu lakukan jika seseorang yang kamu rindukan jauh dari mata? 

Mengajaknya bertatap muka?

Rindu adalah perasaan, tapi apakah perasaan bisa dikendalikan?

Dalam ilmu psikologi, katanya rindu bukan hal yang negatif dan tidak bisa dijudge sebagai sesuatu yang tercela atau keji, tapi rindu juga sering menyulitkan dan kadang menyakitkan. 

Pernahkah kamu sakit karena rindu akan sesuatu?

Pernahkah kamu rindu sampai menangis tersedu?

Rindu hanya bisa terobati dengan memenuhinya, melengkapi kekosongannya, menggenapi kerinduannya.

Bila rindu tak mampu diatasi, lagi-lagi yang diperlukan hanyalah distraksi.

Seberapa sering saya harus berlari mencari distraksi?

Jika rindu membuat hampa, saya sudah hampir kehabisan udara.

Kalau saya tuliskan bahwa orang yang paling saya rindukan adalah Bapak, saya sudah mulai bercucuran air mata.


A Place to Run Away

Sepertinya kabur bukan hal yang sering saya lakukan dalam hidup saya, saya lebih ke tipe yang menghadapi apapun yang terjadi dengan segala konsekuensinya. Walaupun begitu, saya pernah kabur, dari kenyataan yang cukup pahit dan berakhir sakit, hahaha... 
Jadi ceritanya, beberapa tahun lalu cowok yang dekat sama saya mau nikah sama pacarnya, dia bilang waktu itu katanya galau mau undang saya atau ga ke pernikahannya, di satu sisi dia ingin lihat saya tapi katanya di sisi lain dia mikirin perasaan saya, apakah saya kuat melihat dia menikah, pokoknya taik banget lah. Oleh karena itu saya kabur selama beberapa hari untuk menghindari acara tersebut dan mencari alibi kenapa ga datang, pulang dari kabur saya sakit dan semua teman saya cuma ngetawain saya karena kejadian itu.
Menurut saya kabur itu bukan cuma melarikan diri dari sebuah tempat ke tempat lain, tapi juga bisa dari satu hal ke hal lain, sedangkan menurut KBBI sih kabur2/ka·bur/ v 1 berlari cepat-cepat; melarikan diri: 2 ki meninggalkan tugas (pekerjaan, keluarga, dan sebagainya) tanpa pamit; menghilang. Melarikan diri atau kabur, bagi saya itu bisa berarti beneran lari dari sebuah tempat, situasi atau dari sebuah pikiran yang sedang kusut. 
Kalau kita bicara soal tempat untuk kabur, tentu saja tempat yang sepi adalah pilihan semua orang yang ingin melarikan diri dari masalah, tapi mungkin saya akan lebih memilih pantai, di mana saya bisa mendengar suara deburan ombak yang menenangkan pikiran saya, atau saya bisa pergi ke salon untuk sekadar menikmati pijatan dari ujung kepala hingga ujung kaki, pergi ke coffee shop sambil mendengarkan musik dan baca buku, menonton film sendiri, atau bisa jadi pergi ke karoke dan bernyanyi sesuka hati mengeluarkan emosi. Tapi ya karena dalam kondisi pandemi sekarang ini, saat saya benar-benar menghindari untuk pergi ke luar dan bertemu orang-orang, pelarian saya adalah dengan binge watching Netflix, atau nyanyi teriak-teriak, atau baca buku, atau luluran, atau tidur atau meditasi, kadang juga si yang lain, hehehe...
Saat kita sedang dalam pelarian, kita harus pandai menentukan untuk membawa teman atau sendiri dalam perjalanan, pun saat menjadi teman dalam sebuah pelarian seseorang. Saya pernah menjadi teman pelarian seseorang yang baru bercerai, seseorang yang baru putus, sampai seseorang yang dilangkahi menikah. Saya beneran harus bisa menempatkan diri, karena sebagai orang yang overthinking, saya tahu rasanya dan biar saya ulangi lagi, masalah atau hal itu akan selalu ada di sana, melarikan diri hanyalah sebuah distraksi, bukan solusi.


Semoga kita semua menjadi manusia yang berani menghadapi kenyataan sehingga tidak perlu mencari sebuah pelarian, atau menjadi pelarian.




Namaste

Wednesday 14 October 2020

Une Parisienne

1-2 minggu belakangan ini di timeline Twitter saya banyak yang membahas mengenai sebuah serial televisi terbaru bergenre drama komedi romantis dengan setting di kota Paris. Malah salah satu sahabat saya bilang waktu dia nonton serial itu, dia ingat saya, hahaha... Tadi pagi, saya sempat berpikir juga apakah saya perlu berkomentar mengenai serial tersebut secara cerita, detail pekerjaan atau fashion-nya. Kemudian begitu cek tema hari ini, ahh... pas banget nih buat sekalian dibahas. 
Jadi serial televisi tersebut berjudul Emily in Paris, udah jelas lah ya dari judulnya. Nah secara cerita, intinya si Emily ini anak yang merantau dari Chicago ke Paris karena menggantikan posisi seniornya yang mau fokus menjaga kehamilannya, si Emily kalau secara field kerjanya di marketing agency yang kantor pusatnya emang di Chicago sana. Dalam cerita tersebut, Emily pindah ke Paris tanpa menguasai bahasanya sedikitpun, ini bisa dibilang nekat sih, dan begitu sampai di sana pun, she even didn't try to act like a local, gayanya Amerika banget. 
Dari serial ini saya sedikit membayangkan kalau saya jadi Emily, apa yang akan saya lakukan di sana, hehehe... Dan karena hari ini kita lagi akan bahas mengenai gaya, ya udah saya bahas mengenai fashion-nya Emily aja. Kenapa saya bisa bilang gayanya Emily itu American banget? Karena saya tahu style-nya Parisienne seperti apa, karena saya hafal dan suka banget dengan gayanya perempuan-perempuan Paris yang menurut saya keren aja, yang kadang suka saya ikutin juga. Parisienne akan lebih memilih warna netral atau earth tone daripada warna cerah, dan saya sih mengernyit lihat gayanya Emily yang pake baju warna Fuchsia from head to toe. The best look of Emily is when she wears a black dress and looks like Audrey Hepburn. Menurut saya, dari serial ini gayanya yang asik ya karakternya Camille dan Sylvie, itu baru Parisienne banget (ya iyalah).
Kalau dari karakter serial televisi yang berbau fashion gitu, seperti yang saya bilang kemarin saya suka banget gayanya Serena Van Der Woodsen di Gossip Girl dan style real-nya Blake Lively, juga gabungan gayanya Carrie Bradshaw dan sedikit Samantha dari SATC.
Saya suka banget pake baju atau kaos warna putih dari jaman saya SMA, lalu semakin ke sini saya makin nyaman pakai warna gelap, paling banyak sih hitam. Dan kebalikan dari Emily, saya juga terbiasa banget untuk menggunakan warna hitam dari kepala sampai kaki. Rasanya sih lemari saya itu agak kurang meriah sih warnanya, dan saya pasti suka bingung kalau ada acara yang dresscode-nya warna warna yang saya ga punya, terus mikir mending ga usah dateng aja, hahaha...
Secara model pakaian juga saya lebih nyaman bergaya kasual, ga macam-macam, dan lebih banyak menggunakan baju polos daripada yang bermotif. Saya juga kalau beli baju ga ngikutin mode terbaru dari fast fashion brands, saya carinya yang basic dan timeless. Menurut saya sih yang penting dari sebuah gaya adalah cara kita mix and match, nyaman dan percaya diri dengan apa yang kita pakai, dan prinsip ini juga yang dipegang oleh perempuan-perempuan Paris. Oh, lupa bilang, I have another kinda bible book mengenai Parisienne ini, judulnya How To Be Parisian Wherever You Are, bukunya kalau mau baca boleh tapi ga boleh dipinjam dan dibawa pulang, saya ga mau bukunya hilang atau rusak, titik. Hahaha...


Mau apapun kita, semoga kita nyaman dengan pilihan gaya dan diri kita masing - masing ya...



Cheers! 

Tuesday 13 October 2020

Buku & Perpustakaan

Sepertinya minat saya membaca buku mulai terbangun sejak saya SD, selain membaca majalah Bobo milik teman saya, saya juga rajin baca buku yang ada di perpustakaan sekolah. Apa aja saya baca saat itu, mulai dari berbagai ensiklopedia, cerita rakyat, sejarah dan kisah para nabi, pokoknya semua deh. Saya jadi ingat, dulu di kelas ada lomba bikin sinopsis dari buku yang saya lupa judulnya, kemudian saya menang. Nah, ternyata juara masing-masing kelas itu akan dikirim untuk mewakili sekolah di lomba membuat sinopsis di perpustakaan di luar sekolah. Sayangnya saya ga juara karena salah pilih buku, hahaha... Saya pilih buku yang cukup tebal jadi kurang waktunya untuk merangkum semua cerita dari buku itu.
Kalau saya ingat-ingat, ternyata saya itu dulu sangat tertarik dengan novel, chicklit, teenlit atau novel serial yang ukurannya kecil banget. Saya dan teman saya saat itu hampir setiap minggu pergi ke taman bacaan untuk menyewa buku. Saya udah baca buku Virus Ebola, Taoisme, novel-novelnya Ayu Utami, Fira Basuki, dan tentu saja favorit saya Dee Lestari dari saya SMP. Pernah suatu saat saya dan teman saya sewa The Puberity Book dan membawa buku itu ke sekolah terus dibaca rame-rame di kelas, tahu ga isi bukunya apa? Ya itu, anatomi kelamin laki-laki dan perempuan dijelaskan dengan gamblang, pengetahuan mengenai organ reproduksi dan kesehatannya. Lucunya, karena saya bilang semua jenis bacaan saya lahap, ga tanggung-tanggung, dari bahas mengenai sex, saya juga baca novel-novel islami seperti karangannya Asma Nadia atau Helvi Tiana Rosa, jauh sebelum novelnya dijadikan film, dan saya juga pernah baca buku sunatullah islam yang isinya, ibadah sunnah yang sekarang banyak dilakukan dan jadi pedoman orang-orang yang berhijrah.
Sudah disinggung sedikit di atas kalau penulis favorit saya salah satunya adalah Dee Lestari, belum ada yang mengalahkan tulisannya yang membuat saya ingin mengoleksi bukunya dengan lengkap, bukunya adalah kitab. Oh, dulu pernah ada, saya, mantan pacar dan teteh koleksi bukunya Andrea Hirata seri lengkap Laskar Pelangi, tapi kemudian buku itu menjadi harta gonogini kami yang harus dibagi, hahaha... Sekarang penulis yang buku karangannya ingin selalu saya baca adalah Eka Kurniawan, selain Lelaki Harimau, kalian juga harus baca Cantik Itu Luka, dan O. Kalau Dee pernah penulis cerpen dari sudut pandang seekor kecoa, Eka Kurniawan menulis novel tebal dari sudut pandang seekor monyet.
Semakin bertambahnya umur, saya baru tertarik lagi baca buku non-fiksi, lebih tepatnya sih ke self development. Tapi juga kadang untuk memulai membaca itu perlu sebuah dorongan besar atau cerita atau materi yang beneran menarik buat saya. Lalu apa hubungannya dengan perpustakaan? Itu karena cita-cita saya adalah punya perpustakaan sendiri. Saya ini masih tipe yang sedikit konvensional untuk masalah buku, karena saya lebih suka untuk memegangnya, mencium baunya, dan saat menyobek plastik buku baru, ahh...rasanya selalu bikin saya excited. 
Berapa target buku yang kamu baca tahun ini? Saya sih ga muluk-muluk, bisa habis 1 buku dalam 1 bulan aja sekarang udah jadi prestasi banget rasanya.


Semoga kita semua tidak pernah bosan untuk terus membaca ya..


Cheers!

Monday 12 October 2020

Serial Televisi

Besar di tahun 90an, di mana bagi saya, tapi juga mungkin bagi yang lain yang seumuran dengan saya, televisi adalah salah satu hiburan saat itu. Dengan jadwal yang sudah pasti jam tayang di setiap minggunya, pasti kita semua menonton acara yang sama. Mungkin juga serial televisi favorit kita juga sama kala itu.
Saya rasa, saya banyak nonton tv ketika saya masih kecil dan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia saya, dan batasan saya nonton tv cuma sampai jam 9 malam, sampai break Dunia Dalam Berita. Pokoknya jam 9 malam saya harus tidur karena besok harus bangun subuh dan masuk sekolah jam 7 pagi. Oh percayalah, saya sampai kuliah pun masih masuk jam 7 pagi setiap harinya selama 3 tahun.
Saya termasuk yang nonton apa saja, seperti film, tapi saya ga suka nonton film atau serial bergenre horror. Saya ga ngikutin tim Star Trek atau Star Wars, tapi kalau ditanya tim Serena Van Der Woodsen atau Blair Waldorf, saya pasti ikut berdebat, hahaha...
Serial televisi juga sama, ada yang mendidik, menghibur, atau sebuah tontonan yang bisa bikin kita lupa dunia nyata. Makin ke sini saya makin banyak nonton serial yang menceritakan tentang perjuangan hidup perempuan, emansipasi, cerita seseorang mengejar mimpi atau superhero perempuan yang down to earth dan ga seterkenal Black Widow. Kalau saya suka dengan serial tersebut, saya ga akan bosan untuk mengulangnya berkali-kali, mungkin sampai hapal adegan dan skenarionya. 
Sudah nonton Anne With An E? Unorthodox? Girls in Ipanema? The Bonfire of Destiny? Jessica Jones? Itu beberapa judul dengan tema yang saya sebutin tadi, perempuan. Banyak serial lain yang saya tonton juga, mulai dari yang bikin ketawa, berurai air mata, atau berakhir nelangsa.
Di tengah pandemi seperti sekarang ini, saat saya masih enggan untuk pergi ke luar dan bertemu dengan teman-teman, rasanya bisa menghabiskan 1 season serial televisi saat weekend, itu adalah sebuah prestasi. Kalau dari Maret sampai Oktober itu sudah berpuluh-puluh akhir pekan, berapa banyak serial televisi yang sudah kamu habiskan? 



Semoga apapun yang kita lakukan, walaupun itu bermalasan, tetap bisa membawa kebaikan.


Namaste

Sunday 11 October 2020

Kakak Beradik

Saya lahir sebagai anak kedua dari 4 bersaudara, 3 perempuan 1 laki-laki yang jarak lahirnya juga cukup jauh dari yang satu ke yang lainnya. Teteh saya lahir tahun 1982, saya lahir tahun 1987, adik perempuan saya lahir saat saya libur kenaikan kelas 3 menuju ke kelas 4 SD tahun 1996, dan adik bungsu saya lahir pada saat saya kuliah tahun 2006.  Bisa dibayangkan dong jaraknya cukup jauh, bahkan adik bungsu saya suka dibilang anaknya teteh.
Dulu saya cukup dekat dengan teteh, walaupun dari kecil emang suka berantem, tapi kami dekat. Kalau nonton serial drama Reply 1988, di mana kakak sulungnya suka berantem sama adil perempuannya, kejadian itu mirip banget sama saya dan teteh. Kecuali di bagian Sung Bo-ra nya galak, menurut saya teteh ga galak, tapi suka marah- marah. Ya mungkin kesel juga kali ya kalau adiknya kepo banget saat itu, mulai dari baca diary nya, surat-surat dengan pacar pertamanya, sampai juga cobain make up nya, jadi ya wajar aja kalau dia kesel saat itu. 
Dengan adik perempuan saya, awalnya saya tidak terlalu dekat, kami tidak pernah main bersama karena pada saat dia kecil, saya udah masuk masa remaja yang hobi main dengan teman-teman, atau sibuk dengan kegiatan ekstrakulikuler saya yang ternyata bikin saya ga pernah di rumah. Dan setelah luluspun, saya kerja di luar kota. Kami baru dekat belakangan ini di beberapa tahun terakhir ketika dia mau masuk kuliah.
Adik bungsu saya, dia beneran saya asuh dan rawat waktu kecil kalau saya ada di rumah. Kami jarang bertemu, tapi kalau saya pulang ke rumah, dia nempel banget sama saya. 
Namanya kehidupan kakak beradik, pasti aja ada suka dan duka nya, ada iri-iriannya, tapi ya mau gimana lagi, saya sih senang kalau lihat saudara-saudara saya bahagia. Tapi juga saya punya beberapa sahabat yang mungkin saya anggap kaya saudara walaupun beda orang tua.

Semoga kita semua tetap saling menyayangi ya, 



Cheers!

Saturday 10 October 2020

Persahabatan Bagai Kepompong

Kalau kalian baca judulnya sambil bernyanyi, berarti kalian tahu lagu apa yang saya maksud, hahaha... Lagi-lagi saya harus bilang dulu di awal, untuk saya teman itu kaya ada levelnya, let's say 1-5, di mana 1 adalah hanya kenal dan tahu, 2 adalah kita kenal ngobrol di dunia maya tapi belum pernah bertemu, 3 kita mungkin teman sekantor, satu sekolah, satu kampus, dalam organisasi/ komunitas yang sama atau punya minat yang sama yang membuat kita pernah nongkrong bareng, 4 adalah teman dekat saya, di mana saya kadang cerita mengenai keseharian atau  kisah lainnya, mungkin juga saya curhat atau teman di golongan ini tahu kebodohan-kebodohan yang pernah saya lakukan, dan yang nomor 5 adalah orang-orang terdekat saya yang tahu banget masalah saya dan keluarga, ring 1 saya yang suka saya repotin atau isengin dan mungkin kalau kita lagi cerita sedih, kita bisa sampai nangis bareng.

Dari level 1-5 tentu saja orangnya semakin mengerucut, ibarat piramid, puncak teratas mungkin makin ke sini makin bisa dihitung jari. Dan kalau saya coba runut ke belakang, teman dekat saya selalu berganti-ganti dari jaman kelas 1-6 SD, tapi ada 1 orang yang selalu bareng saya saat itu dari kelas 4 walaupun sekarang saya ga tahu dia di mana dan bagaimana kabarnya. Lain halnya dengan teman-teman dekat saya waktu SMP, kelas 1 SMP kami berempat semua ulang tahun ditanggal yang sama tapi bulannya beda-beda, lalu kemudian menginjak saya kelas 2, kami dekat bukan cuma 4 atau 5 orang tapi genk kami bisa sampai 12 orang muda mudi dan di kelas 3 masih bareng sebagian, karena sebagian lagi musuhan rebutan pacar, hahaha....

Memasuki masa SMA, lagi-lagi teman dekat saya kelas 1 yang berlima ini, lain lagi dengan teman dekat atau bisa disebut sahabat saat itu dari kelas 2 SMA bahkan sampai kami lulus SMA dan kuliah. Yang saya lalui dengan 13 orang sahabat dari kelas 2 SMA ini banyak banget pengalamannya, mulai dari yang positif, kreatif sampai nakal-nakalnya anak SMA, hahaha...

Sepertinya akan panjang kalau saya jelasin satu per satu ya, tapi yang jelas teman dekat saya beragam sesuai dengan perjalanan hidup saya, and the oldest friends that I have that we are now still talking almost every day is about 15 years now. 

Jadi intinya apa? intinya adalah kalau kalian udah saya curhatin, udah saya bagi dengan keluh kesah saya, kalian adalah salah satu orang terdekat yang saya percaya. Tapi ini juga sih masalahnya, saya tidak membagi cerita dengan porsi yang sama pada semua orang, semakin ke sini dan dari pengalaman yang pernah dikecewakan teman dekat, saya semakin selektif membagi cerita. Rasanya ga lucu aja kalau masalah, keresahan atau kebodohan yang saya lakukan menjadi topik menarik di tengah obrolan di ruang makan keluarga atau di tengah secangkir kopi dan rokok di antara candaan teman dari circle lainnya. Mengenai masalah itu, mari kita bahas lain kali mengenai komitmen atau adab menjaga rahasia, hahaha... berat ya bahasanya...

Semoga kita semua memiliki teman dan sahabat yang bisa diajak untuk berbagi suka dan duka, yang tulus dan saling menjaga dan menyayangi, ya



Cheers!

A Happines

Bicara mengenai kebahagiaan atau menulis soal kebahagiaan, saya rasa suasananya pun patut dibuat menyenangkan. Jadi, di hari Sabtu malam yang disertai rintik hujan ini (sekarang tinggal rintik) saya menulisnya sambil senyum karena ditemani cemilan yang bikin bahagia. Segelas minuman berkarbonasi dengan kadar alkohol 3-4%, sebongkah coklat vegan dan semangkuk strawberry organik yang langsung dipetik dari kebun yang saya pesan ada di samping saya, juga playlist yang bisa bikin saya nyanyi-nyanyi ga peduli tetangga, hehehe..

Seperti yang saya bilang di post sebelumnya bahwa ini bisa jadi polemik, katanya bahagia itu bisa sederhana, bisa dari hal yang sepele, tapi kenapa banyak tips, buku, hingga pelatihan yang mengajarkan untuk kita hidup lebih berbahagia? Dari apa yang saya pelajari tentang The Science of Well-Being ternyata pekerjaan bagus, punya banyak uang, barang mahal, badan bagus, mobil keren atau pasangan yang bisa dibanggakan, itu bukan kebahagiaan yang seutuhnya. Hal-hal tersebut katanya adalah yang kita pikir akan membuat kita bahagia, tapi kenyataannya tidak. Tolong digaris bawahi loh ya, kita pikir kita akan bahagia jika kita meraihnya, memilikinya, tapi kalau sudah dapat semuanya, then so what? kita justru akan ingin yang lebih bagus lagi, yang lebih keren lagi dan begitu seterusnya.

Saya pernah mendengar ini atau membaca tentang ini dari sebuah buku tapi saya lupa tepatnya, intinya begini, kebahagiaan yang didapat karena hal-hal yang bersifat material, itu bahagianya hanya saat itu saja, lain halnya dengan kebahagiaan yang didapat karena pengalaman, pengetahuan atau hal yang tidak bersifat material, kebahagiaannya itu membekas didalam diri kita. Jadi, ketika hal tersebut menjadi sebuah kenangan, hal itu tetap membuat kita bahagia, tetap bisa membuat kita tersenyum. Lalu saya mendapat sebuah tips, jika kita mempunyai uang lebih, gunakan uang tersebut untuk membeli pengalaman, jangan dibelikan barang. Begitu katanya, gimana menurut kalian?

Tidak bermaksud untuk mengajari, tapi kebahagiaan juga erat dengan rasa syukur atas apa yang kita miliki. Semakin kita bersyukur dan merasa cukup dengan yang kita miliki, kebahagiaan itu akan mengikuti. Kebahagiaan dari hal kecil yang bersifat sesaat itu penting, tapi kebahagiaan jangka panjang dalam hidup, tentu lebih penting lagi. Makanya saya ga bosan-bosan untuk mengingatkan, apakah kalian sudah bersyukur hari ini? 


Semoga semua makhluk hidup berbahagia



P.s: Sorry for being late post

Thursday 8 October 2020

Energi Sebuah Musik

Saya dibesarkan dengan mendengarkan radio, mulai dari berita, dongeng, dan tentu saja musik dari lagu-lagu yang diputar di radio saat itu. Saya setuju, bahwa selera dan referensi orang tua dalam mendengarkan musik, itu sangat mempengaruhi anaknya. Sebagai contoh, saya sejak kecil sudah mendengar lagu-lagu tahun 70an yang sering diputar oleh orang tua saya, karena musik tersebut yang mereka kenal pada masanya. Jangan dipikir orang tua saya akan memutar lagu The Beatles, Queen, ABBA, atau Bee Gees, orang tua saya ga ngerti Bahasa Inggris. Maka, Mamah dan Bapak akan gantian putar kasetnya Koes Plus, The Mercys, Panbers, Broery Marantika, Lilies Suryani, Titiek Sandhora, dan Eddy Silitonga, dan musisi lainnya.

Teman-teman terdekat saya juga sudah paham betul kalau saya juga sering banget nyanyiin lagu-lagu tahun 70an kalau sedang karaoke, pun kalau saya sedang mood ingin menyanyi teriak-teriak. Percaya atau tidak, 2 adik saya dininabobokan dengan lagu Koes Plus, tapi ya karena mereka saat itu masih kecil, lagu-lagunya nempelnya ya sama kakak-kakaknya. Saya kalau denger lagu Koes Plus sekarang pasti akan nangis, karena itu adalah band favoritnya Bapak. 

Musik juga bisa memberikan energi yang ga terkira, saya pernah mencoba sound bathing, sejenis meditasi dengan menggunakan musik yang bisa membuat kita rileks dan nyaman. Ternyata tubuh saya merespon musik tersebut, tubuh saya bergerak sendirinya tanpa saya menggerakann otot, beneran deh, ini sudah terjadi beberapa kali pada saya. Kalian mau coba?

Dalam kehidupan sehari-hari pun, saya ga bisa lepas dari musik. Saya ga bisa kalau tidak ada musik atau radio di manapun saya berada. Saya juga termasuk picky dalam mendengarkan musik dan tidak terlalu mengikuti perkembangan musik saat ini. Playlist saya pun bermacam-macam, ada yang musiknya bisa untuk saya nikmati sambil bernyanyi, ada yang menjadi soundtrack saya siap-siap bangun pagi, ada yang memang hanya untuk didengarkan saja dan untuk sekedar menemani saya baca buku atau main game, benang merahnya cuma satu, saya suka musik yang enak didengar dan dinikmati telinga saya, hehehe...

Mau saya senang, sedih, kecewa, marah, pasti ada musik yang menemani. Dulu saya tidur dengan ditemani suara radio, tapi kemudian saya sadar kalau lagu yang diputar di radio saat saya tidur suka masuk ke mimpi saya juga. Itu kaya bikin otak merespon musik tersebut dan saya ga beneran total tidur dan istirahat. Hehehe... ribet ya anaknya, hehehe...

Musik juga menurut saya bisa menyimpan kenangan, biasanya kita akan terbawa flashback di mana saat kita mendengarkan lagu itu pertama kali, atau ada momen apa yang cukup berkesan saat musik itu diputar. Berkesannya bisa bahagia, bisa juga sedih karena putus cinta, yang jelas, musik membuat hidup kita jadi lebih berwarna. 

Semoga kita semua masih selalu diberi kesempatan untuk mendengarkan musik yang kita sukai.



Cheers!

Wednesday 7 October 2020

Favorite Movie(s)

Sebelum saya menulis lebih lanjut, saya barusan pastikan lagi kalau tema hari ini cuma untuk film favorit, tidak termasuk serial televisi. 

Baiklah, saya ini orangnya termasuk yang hobi nonton, apa aja saya tonton kecuali film horror. Beneran deh, jangan ajak saya nonton film horror kalau ga mau tangannya biru-biru karena sepanjang film saya pasti pegangan atau mencengkram teman nonton saya, atau saya akan marah-marah sampai beberapa hari setelahnya karena saya takut tidur sendiri atau masih selalu terbayang-bayang. 

Saya tidak punya judul yang spesifik, film favorit saya tergantung mood saya lagi ingin nonton film apa. Misalnya kalau saya ingin nonton petualangan, saya ga akan pernah bosan nonton Harry Potter. Kalau sedang ingin nonton yang action, saya cari film aksi atau juga film superhero. Kalau sedang ingin nonton tapi sambil nyanyi, saya putar Mamma Mia atau Pitch Perfect, atau kalau sedang ingin santai dan nonton yang ringan, dan dibuat terpesona dengan fashion para pemainnya, saya nonton drama romantis. Percaya deh, saya hampir hapal dialog dari film-film yang sering saya tonton berulang-ulang tersebut.

Sebagai penggemar film kartun, tak lupa juga saya sangat menikmati film-film dari Studio Ghibli. Karena nonton banyak film, kadang saya bisa menyambungkan sebuah kejadian di satu film dengan film lainnya padahal film tersebut sama sekali tidak berkaitan. Film juga membawa dampak cukup besar untuk saya, bisa sangat mendidik, menghibur, tapi tak sedikit juga yang habis nonton film malah membuat saya semakin sedih dan merasa tertekan. Bukannya terhibur malah jadi cape dan bikin melengos karena hampa. 

Saya mengenal beberapa orang yang mungkin referensi atau seleranya hanya suka menonton film dokumenter, saya sih appreciate dengan orang-orang tersebut, tujuan orang nonton film kan berbeda-beda.

Kapan biasanya waktu untuk menonton film? Saya bisa menonton film kapan saja, biasanya kalau di hari kerja, sambil menyantap makan malam saya nonton 1 film lalu melakukan hal lainnya terus istirahat. Tapi kalau weekend, apa lagi weekend di tengah kondisi seperti sekarang ini, menonton film adalah salah satu pelarian saya.

Sudah seberapa kangen untuk kalian nonton film di bioskop?

Berani ga ditengah pandemi gini nonton ke bioskop?

Kalau saya sih, selama sound masih bisa dibuat enak dengan connect film di laptop ke speaker, saya udah cukup happy loh, hehehe...




Cheers!


Tuesday 6 October 2020

Single? Happy?

Kenapa judulnya tanda tanya gitu sih? Karena saya kerap dapat pertanyaan "Kamu single?" "Kamu happy?" Jawaban saya tentu saja akan beragam, tergantung siapa yang bertanya, mood dan seberapa banyak waktu untuk mejelaskannya, hahaha... 

Baru kemarin saya dapat pertanyaan apakah saya beneran single atau tidak, teman saya berkata, katanya saya termasuk perempuan yang atraktif, kenapa bisa saya tidak punya pasangan atau tidak ada seseorang yang mencoba mendekati saya. Saya sungguh ingin berkomentar pada pertanyaannya, mungkin sulit untuknya memuji saya cantik, mungkin menurutnya saya tidak cantik jadi dia coba ganti katanya menjadi atraktif, hahaha...

Kalau ada yang tanya saya single? ya, saya single, saya available? hmm... saya tidak yakin, hahaha...  

Jadi kalau ditanya kapan terakhir kali saya punya pasangan yang real ada di depan mata dan dekat, mungkin sekitar 3 tahun lalu. Tidak mudah untuk terikat secara emosional pada seseorang yang jauh dan tidak bisa disentuh, yang kadang bikin galau tapi juga selalu ada banyak cara supaya bisa senyum lagi dan senang lagi. Balik lagi, penjelasannya mau panjang atau pendek nih, hahaha...

Saya seorang Virgo tulen, yang kata orang itu pemilih, perfeksionis dan passive aggressive-nya ga ada yang bisa ngalahin. Untuk mencari pasangan saat ini, rasanya semakin sulit untuk saya. Saya tidak yakin banyak yang bisa menerima isi kepala saya, dan saya yang hidup penuh aturan tapi juga tak mau dikekang. Saya nyaman dengan kesendirian saya sekarang, tapi juga tidak menolak bila ada yang menemani walapun cuma sekedar untuk minum kopi, tapi akan saya pertimbangkan berpuluh kali kalau kami akan berbagi sampai pagi.

Saya bahagia tapi juga sering dibuat bertanya-tanya oleh semesta, kenapa saya harus selalu kembali bertemu dengan seseorang dengan pola yang sama, apakah ini semacam tes uji coba? Bagimanapun juga, hidup dengan atau tanpa pasangan, saya harap kita semua berbahagia.

Apakah kalian percaya bahwa seseorang bisa punya lebih dari satu pasangan jiwa?




Cheers!

Orang Tua

Sejak awal saya membaca list dari tantangan menulis ini, saya sudah sadar pasti di bagian ini bikin saya agak berat untuk menulis. Yup, maka dari itu saya mengaku bersalah karena terlambat post 1 hari. Mengenai orang tua, sebetulnya saya bukan orang yang suka menceritakan tentang orang tua saya, saya bangga dengan menjadi anak dari Bapak dan Mamah, semoga juga mereka bangga saya menjadi salah satu anaknya. Saya tipe yang akan menceritakan tentang diri saya sedetail mungkin, tapi kalo tentang orang tua, saya tunggu ditanya aja. 

Semua sahabat saya pasti tahu, saya anak Bapak banget, dan masih agak berat untuk saya menulis tentang Bapak sekarang ini. Saya takut ga bisa nahan airmata dan kangen saya sama Bapak. Tuh kan, baru nulis segini aja, saya udah berkaca-kaca. Waktu kecil sampai mungkin saya SD, saya masih dekat dengan Mamah. Saya menceritakan semua hal yang saya alami di sekolah, saat main bersama semua teman saya, dan apa yang saya pelajari di sekolah yang menurut saya menarik hari itu. Saya ingat, saya bercerita sambil makan sehabis pulang sekolah, Mamah mendengarkan cerita saya sambil menyetrika atau sambil nonton tv. Mamah juga suka banget baca, apa aja dia baca, majalah, koran, buku, dan saya pasti selalu kena marah kalau ketahuan baca sambil tiduran. 

Lain halnya dengan Bapak, dulu Bapak selalu ingin punya anak laki-laki, keinginannya tercapai setelah punya 3 anak perempuan. Dalam masa menunggu anak laki-lakinya lahir, sayalah yang suka diajak Bapak ke mana-mana, saya diajak merakit kandang ayam, main dengan anak ayam, dibelikan kaos kaki bergambar robot, menemani Bapak ketemu teman bisnisnya, atau cuma sekedar hadir di sampingnya saat Bapak memperbaiki sesuatu. Dari situ juga saya terbiasa untuk memperbaiki hal kecil, mempreteli kipas angin, terbiasa dengan palu dan berbagai jenis obeng, oh dan saya juga suka memanjat pohon. Kalian ga tahu kan? hehehe...

Cara mendidik Bapak dan Mamah memang tidaklah sempurna, tidak sesuai dengan kaidah parenting yang sekarang banyak diagungkan orang tua muda, pun saya tidak pernah ditanya sudah belajar atau belum, ada PR atau tidak, karena sejak kecil mereka tahu saya, saya selalu rangking 3 besar di sekolah. Hasil didikannya menjadikan saya seperti sekarang ini, kalaupun ada trauma yang membekas atau inner child saya terluka, saya menerimanya dan akan berusaha untuk memperbaikinya, menyembuhkannya. Saya tidak bisa menyalahkan apa yang sudah terjadi dan mengkambing hitamkan orang tua saya atas kesehatan mental saya saat ini, karena seperti saya bilang tidak ada orang tua yang sempurna.

Bila kalian sudah menjadi orang tua atau akan menjadi orang tua, saya yakin kalian sudah mengetahui bahwa menjadi orang tua di zaman seperti saat ini tidaklah mudah, butuh ilmu dan persiapan, baik fisik maupun mental. Saya ucapkan selamat menikmati menjadi orang tua, dari saya yang sampai saat ini, tidak berencana menjadi orang tua.



Namaste

Sunday 4 October 2020

The Bucket List

Kalau ditanya tempat atau kota atau negara yang ingin dikunjungi, list saya banyak banget nih yang belum kesampaian. Lain halnya dengan tempat yang ingin saya jadikan tempat tinggal selanjutnya, kalau yang itu, saya sih udah mantap pilihannya, tinggal keberanian atau nekatnya aja, hehehe...

1. Paris

Tolong jangan bilang ini adalah tempat yang klise, saya ingin ke sana bukan karena katanya ini kota romantis, bukan.  Saya ingin ke sana karena ingin lihat museumnya, budayanya, filmnya, fashion-nya, makanannya, kopinya, banyak lah, dan saya masih terobsesi untuk belajar bahasa Perancis walaupun selalu kesulitan dalam pelafalan huruf R nya. Tu parles français ?

2. India

Well, India negara yang saya ingin datangi selain untuk jalan-jalan, lihat museum atau budaya dan masyarakatnya, saya ingin ke India untuk belajar. Saya ingin ambil yoga teacher training di sana, belajar tentang ayurveda, dan juga mendalami meditasi, sekalian sama sertifikasinya juga. Cukup ambisius ternyata ya tujuannya, hahaha... kira-kira butuh berapa lama saya harus stay di sana untuk melakukan itu semua? hmmm...

3. Maldives

Saya tim pantai daripada tim gunung, dan semoga saya bisa ke sana sebelum pulaunya tenggelam karena perubahan iklim dan pemanasan global.

4. New York City,

Besar dengan menonton film dan series yang lokasinya di New York City, saya penasaran rasanya jalan kaki di sepanjang 5th Avenue atau duduk santai sambil baca buku di Central Park. 

5. Korea

Lagi-lagi, sebagai salah satu korban drama korea, saya ingin ke sana karena ingin cobain semua makanan yang kelihatannya enak banget kalau saya lagi nonton serialnya, even cuma makan mie rebus aja atau jajanan pinggir jalannya. Pokoknya saya kalo ke sana mau jalan dan jajan, hehehe...


Itu sepertinya Top 5 nya untuk sekarang ini, sedangkan untuk list dalam negerinya juga tentu saja saya juga punya, tapi saya ceritakannya nanti saja.

Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita diberi umur dan kesehatan, dan juga berkesempatan untuk mengunjungi tempat yang kita inginkan.



Cheers!



P.s: Saya kalo diajak jalan-jalan ke mana aja, anaknya ayo-an lohh,

       Yuk kita ke mana?!

Saturday 3 October 2020

A Memory

Mungkin tidak sehebat gajah, tapi saya rasa saya punya ingatan yang cukup kuat. Saya masih ingat hal-hal yang pernah saya lakukan ketika saya masih kecil, mungkin sebelum saya sekolah. Bila saya flashback, memori atau kenangan itu muncul seperti cuplikan atau trailer film di bawah satu menit, atau mungkin sesingkat video Boomerang yang seperti diulang-ulang, kadang dalam format berwarna, kadang hitam putih.

Tentu saja ingatan yang masih tersimpan tidak terlalu detail, tapi apa yang sangat berarti untuk saya sepertinya itu yang masih saya ingat. Sesuatu yang baru, yang menyenangkan, yang berkesan, entahlah, untuk saya tidak cukup sulit untuk mengenang masa lalu bila hal itu cukup mengesankan. Tapi ingatan panjang ini juga tidak hanya menyimpan yang manis-manisnya saja, kenangan burukpun tersimpan sama baiknya. Pengalaman beberapa bulan yang lalu masih bisa saya putar kembali seperti itu terjadi kemarin sore, dan hal itu bisa membuat saya ketakutan, paranoid dan mungkin membekas jadi trauma. Saya pernah cerita secara singkat, bahwa sebuah pengalaman buruk membuat saya ketakutan dan membuat saya tidur dengan lampu menyala hingga saat ini.

Lain halnya dengan ingatan yang membuat saya sedih, dendam atau marah. Dengan proses belajar, melalui rangkaian meditasi, ingatan yang kurang menyenangkan tersebut saya relakan untuk pergi, saya ikhlaskan untuk lupa. Ada sebuah idiom yang katanya "memaafkan lebih mudah dari melupakan". Untuk saya itu sungguh benar adanya, pernah suatu ketika saya masih ingat dengan jelasnya betapa saya kecewa akan seseorang, saya merasa seolah saya dimanfaatkan dan sakit itu ternyata tertumpuk dalam ingatan. Sampai suatu ketika, saya memimpikan orang tersebut kemudian saya runutkan masalahnya, lalu saya mencoba untuk menetralkan perasaan saya, saya merelakannya untuk lupa dan melepaskannya pergi.

Bisa dibayangkan kan bagaimana orang dengan ingatan seperti saya mengalami overthinking, percaya deh, itu sungguh sangat menyiksa, hehehe... Kalau otak itu seperti tab dalam sebuah browser, maka untuk memanggil dan membuka tab baru tidaklah sulit, tapi dengan orang yang overthink, membuka tab tersebut tapi tidak menutupnya kembali akan membuat browser-nya bekerja semakin lambat atau mungkin jadi hang

Dari yang saya baca hasil penelusuran Google, ingatan itu dipengaruhi oleh usia, emosi, dan aspek psikologis lainnya seperti intelegensi, minat, bakat, perhatian dan motivasi. Dan ingatan juga bisa dilatih, jadi kita ga cepat lupa atau ga cepat pikun saat umur kita tua nanti.

Dan jika nanti kelak kita menjadi tua, ketika pikun atau lupa tidak bisa dielakkan lagi, semoga kita hanya mengingat hal yang indah dan menyenangkan saja ya.





Cheers!

Friday 2 October 2020

Buat Saya Bahagia

Seperti kata Raisa dalam bio nya "Tidak sulit untuk membuat saya bahagia", dan mungkin juga hampir semua orang bisa berkata hal yang sama, tidak sulit untuk menjadi bahagia. Kalau begitu, kalau bahagia bisa didapat semudah itu, kenapa banyak sekali cara dan tips untuk hidup lebih berbahagia? Coba mari kita renungkan sejenak, hehehe...

Dalam rangkaian tantangan menulis bersama teman-teman saya AstriaJoey, dan Vinny sepanjang bulan Oktober ini, yang kebetulan temanya kami ambil dari timeline di Twitter. Kami pikir ide ini cukup menarik dan bisa membuat kami produktif dalam menulis. Dan hal kecil semacam ini cukup membuat saya bahagia, setidaknya saya punya arah untuk menulis apa, hehehe...

Sebetulnya, apa yang dikatakan Raisa itu benar adanya, tidak sulit kok untuk membuat saya bahagia, apalagi di tengah kondisi pandemi sekarang ini. Rasanya, menyeruput secangkir kopi hitam panas di pagi hari bisa membuat mood saya lebih baik seharian penuh, atau seperti dengan memakai sebuah cincin, saya jadi bahagia karena saya merasa saya menjelma menjadi seorang wanita dewasa. Jadi, di hari ulang tahun saya kemarin, saya menghadiahi diri sendiri dengan sebuah cincin. Entah kenapa akhir-akhir ini rasanya saya tertarik dan ingin sekali mengenakan cincin bermata besar, mungkin karena saya sering melihat banyak selebritas Hollywood yang dilamar dan menggunakan cincin indah. Kemudian saya jadi iri, ingin punya cincin juga, bukan ingin dilamar, hahaha...

Mengenakan cincin, bertemu dan ngobrol dengan sahabat dan teman-teman, melihat langit biru, atau menikmati cahaya bulan purnama membuat saya bahagia. Makan enak bisa membuat saya tersenyum lebar penuh syukur, menyelesaikan sebuah pekerjaan yang menyita perhatian membuat saya lega, berbagi informasi penting maupun meme receh membuat saya senang. 

Tidak sulit bukan untuk membuat saya bahagia? 


Semoga semua makhluk berbahagia,



Namaste

Thursday 1 October 2020

Semua Bisa Berubah

Tentu saja semua bisa berubah, apa sih di dunia ini yang ga bisa berubah? Bahkan perasaan pun bisa berubah dalam hitungan menit, ya kan? Sebetulnya ini lagi bahas apa sih? Saya mau bahas soal kepribadian atau yang juga disebut personality. Jadi, saya itu tipe yang suka ikut kuis-kuisan atau semacam games, atau sejenis test-test kepribadian hanya karena ya iseng saja. Saya selalu penasaran hasil test-test itu akurat atau tidak menebak kepribadian saya. 

Tahun 2017 atau mungkin lebih awal dari itu, saya lupa, saya iseng test kepribadian menggunakan metode MBTI atau 16 personalities, dan hasil yang saya dapatkan adalah saya tipe seorang Turbulent Debater (ENTP-T). Di mana menurut metode tersebut, artinya saya itu extrovert, intuitif, pemikir/ perenung/ penganalisa, dan suka akan tantangan atau mengeksplor sesuatu. Saat itu saya merasa ini adalah kategori yang paling mendekati saya dibandingkan dengan test kepribadian dengan menggunakan metode lainnya.

Singkat cerita, sekitar awal tahun 2019 saya harus melakukan test itu lagi untuk sebuah wawancara kerja, saat itu saya bilang saya sudah pernah test dengan metode tersebut tapi tetap diminta untuk melakukan test ulang. Akhirnya setelah test dan mendapatkan hasilnya, saya cukup kaget juga karena ternyata hasil test kepribadian saya berubah. Dari seorang Turbulent Debater, saya menjadi seorang Turbulent Protagonist. Saya tetap menjadi manusia yang berwatak ekstrovert dan intuitif, tapi di lain sisi saya berubah menjadi seseorang yang perasa dan judging (ENFJ-T).

Bagaimana bisa kepribadian seseorang bisa berubah hanya dalam waktu sekitar 2 tahun? Kemudian setelah berdiskusi dengan beberapa teman terdekat, saya bisa menyimpulkan bahwa kepribadian itu ada yang memang dibawa dari lahir dan ada yang bisa dibentuk. Entah dibentuk karena lingkungan, pendidikan, dari apa yang kita pelajari dan kita dalami, mungkin dari buku yang kita baca atau dari film yang kita tonton, selama hal-hal tersebut mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak yang akhirnya membuat kita jadi manusia yang terus berubah.

Untuk sekarang, rasanya tidak perlulah saya mencoba lagi test-test seperti itu lagi karena semua mungkin saja berubah, tapi ya semoga saja perubahan itu menuju kearah yang lebih baik. Dan dari perubahan kepribadian itu juga kita bisa jadi manusia yang lebih bermanfaat, untuk diri sendiri, keluarga, sahabat, teman dan kerabat, atau mungkin membawa manfaat untuk ruang lingkup yang lebih luas lagi.

Semoga semua perubahan membawa kebaikan.



Namaste