Monday 31 July 2017

Apa Kabar?

Apa kabar dia,
Yang kamu tatap matanya,
Apa kabar dia,
Yang kamu sentuh tangannya,
Apa kabar dia,
Yang kamu usap air matanya
Apa kabar dia,
Yang mulai kamu sebut kembali namanya,
Apa kabar dia,
Yang membuatmu menyesal telah menyia-nyiakannya.

Apa kabar aku,
Dan semua yang telah kulakukan untukmu, yang kamu bakar hangus hingga jadi abu.

Apa kabar kamu?

Sunday 23 July 2017

Perjalanan Hidup

Ini cerita tentang sebuah perjalanan, ditulis suatu malam di sebuah ruang tunggu, dengan musik live yang semakin malam semakin sendu dan para penumpang yang menikmati musik dari penyanyinya tapi pandangannya terpaku pada telepon pintarnya masing - masing.
Semakin malam suara musik semakin nyaring, suasana hening khidmat, dan kenanganku melompat pada saat perjalanan keberangkatan.
Ini cerita yang ditulis ditemani secangkir kopi kurang manis yang dibuat dari mesin toko cepat saji, dengan 2 takaran gula cair yang ternyata kurang presisi.
Di perjalanan pagi itu seorang perempuan duduk di kursi sebelahku, kami saling menyapa dan kemudian berbincang, terkaget oleh pernyataannya bahwa yang dia pertama perhatikan dariku adalah 3 buah gelang batu yang melingkar di pergelangan tangan. Dia menyebut jenis batunya satu persatu, sekalian saja kutunjukan liontinku, dan dia menyebutkan fungsinya dengan mata menerawang.
Tanpa diminta dia bercerita bahwa dia juga memiliki ketertarikan yang sama dan menjelaskan bagaimana caranya merawat batu-batunya. Mataku berbinar mendengar suatu alat yang sudah lama ingin kumiliki, singing bowl. Sebuah alat untuk menetralkan energi, membantu konsentrasi, terlebih untuk meditasi.
Ini bukan cerita perjalanan spiritual, ini hanya sebuah cerita bahwa bertemu dengan orang yang memiliki kertertarikan yang sama itu menyenangkan dan menambah pengetahuan.
Ini hanya cerita yang ditulis sambil menunggu kereta terakhir, untuk kembali dalam perjalanan, untuk kembali transit untuk mencapai tujuan, dan berulang seperti itu terus menerus. Karena hidup adalah perjalanan, bila perjalanan berakhir, maka hidupku selesai.

Thursday 20 July 2017

Abang Mana Abang

Saya termasuk salah satu orang yang sudah lumayan lama "sendiri", ketika teman - teman saya berniat baik atau sengaja memojokan dengan candaan bertanya tipe atau kriteria pria idaman secara fisik saya seperti apa, saya akan jawab tipenya itu yang "abang - abang" bukan yang "mas - mas". Kemudian mereka hanya tertawa sambil bilang "abang becak atau abang tukang bakso?". Nah, biar gampang mari saya jelaskan dengan mengambil contoh public figure Indonesia yang angin - anginan saya sukai dan yang sudah tidak saya gilai karena beberapa alasan.
Percaya atau tidak saya pernah suka dengan Indra Perdana Sinaga atau terkenal dengan Naga, vokalis band Lyla, saya bukan penggemar bandnya, hanya mendengar beberapa lagunya dan saya hanya suka dengan Abang Naga (begitu saya memanggilnya) nya saja. Cerita tentang betapa sukanya saya pada Abang Naga sungguh lucu, karena ini pernah membuat pacar saya saat itu cemburu, padahal saya kenalpun tidak dengan Abang Naga, hanya sebatas mengaguminya di televisi dan mengikuti sosial medianya, itupun juga yang dia update kapan - kapan, hehehe...
Cerita tentang saya dan Abang Naga kesayangan saya, mari kita berasumsi demikian, berlanjut ketika teman saya iseng membohongi anak baru di kantor dengan bilang bahwa Abang Naga adalah mantan saya, kami putus karena Abang Naga sibuk tour keliling Indonesia dan saya adalah orang yang tidak bisa LDR,  dan anak baru itu percaya. Kebenaran terkuak beberapa tahun kemudian.
Demam Abang Naga sembuh karena pernikahan, kemudian muncullah beberapa tipe abang - abang versi saya, ada Fedi Nuril, Chicco Jericko dan kemudian Hamish Daud. Demam abang Fedi sembuh seiring dengan waktu, tak ada film barunya yang saya tonton yang bikin saya senyum - senyum dan makin gila. Chicco termasuk cukup lama saya sukai dengan pertentangan Chicco adalah pacarnya Bella dan kami beda agama, teman - teman saya sampai protes karena kalau kami menikah itu akan susah, lucu ya sejauh itu teman - teman saya berpikir :)) dan kegilaan terhadap Chicco ini marilah kita sudahi karena melihat penampilannya sekarang ini sungguhlah berantakan walaupun kalau lihat badannya bisa bikin gelisah tidak karuan.
Kalau Hamish Daud, hmmmm... saya pertama kali melihatnya di film Rectoverso dan suka, sejak Hamish membawakan acara traveling dan semakin banyak membintangi iklan, saya masih suka. Semakin ke sini semakin banyak yang menggilainya dan juga setelah pertunangannya, saya termasuk salah satu dari yang patah hati. Maka saya putuskan, baiklah saya sudahi saja menggilai Hamish, apalagi kalau baca komen dari tunangannya di sosmed, bikin eneg sendiri :p.

Jadi, abang mana lagi ya yang bisa saya kagumi?
Karena abang yang ada sekarang ini sudah bikin saya gila dan selalu dibuat kesal setengah mati.

Monday 17 July 2017

Mengapa Begini dan Begitu

Kalau sedang baca artikel di portal berita atau di majalah, sebagai seorang perempuan, saya suka iseng baca bagian relationship. Biasanya di bagian tersebut banyak membahas bagaimana menyikapi sebuah hubungan dengan pasangan, menurut sesama perempuan atau menurut para ahli, kadang juga sering disisipi tips - tips bagi pembacanya. Ya namanya juga iseng, kalau judulnya menarik, otomatis dibaca, dan mungkin hampir semua perempuan kalau sedang membacanya suka bergumam dalam hati "wah ini gw banget", percaya deh saya pun begitu, hehe...

Artikel yang dibaca tersebut bisa jadi sebuah masukan atau menjadi sebuah bahan perbandingan, perbandingan antara kenyataan yang dialami di kehidupan dengan artikel tersebut yang katanya adalah rata-rata pengalaman orang atau patokan idealnya. Saya membacanya beberapa dan kemudian membandingkan, mengapa dia begini, mengapa dia begitu, apakah dia begini apakah dia begitu, kalau dia begini tandanya dia begitu, kalau menurut pakar bila dia melakukan ini tandanya dia begitu, dan membuat saya terus membandingkan dan jadi khawatir sendiri.

Lalu saya berpikir bahwa kondisi hidup masing - masing orang itu berbeda, tak bisa disamaratakan dan artikel di majalah jadi patokan. Kemudian sebuah tulisan mengenai Law of Attraction seperti menampar saya, nalar dan logika saya ternyata sedang mencari alasan atau pembenaran, karena jalannya sudah tidak sejalan dengan perasaan. 
Ini seperti tanda, untuk kembali mendekatkan diri, untuk pulang, dan berani melangkah dari awal lagi, sepertinya begitu. 

Sepertinya...

Saturday 15 July 2017

Dosa Itu Cinta

Jika aku harus mengakui kesalahanku,
Maka kukatakan sekarang bahwa salahku adalah terlalu menginginkanmu,
Kesilapanku adalah selalu merindukanmu,
Dan dosa terbesarku tak dapat ku katakan karena ini sungguh bukan sebuah pengadilan.

Namun, jika aku dapat menuntut kebebasanku,
maka aku akan meminta untuk bebas mencintamu kapanpun aku mau,
maka aku akan memperjuangkan untuk dapat menemuimu tanpa batas waktu,
dan aku menghendaki sebuah ikatan lebih dari pernikahan.

Seandainya kamu ingin tahu usahaku,
Maka akan kuurai satu persatu,
Dimulai ketika dalam mimpiku, sudah ada kamu, kemudian ketika dalam doaku mulai tersebutlah namamu, lalu tanpa kusadari semuanya hanya tentangmu.

Aku membutuhkanmu untuk saling melengkapi, untuk mengenapi, untuk berbagi.
Aku membutuhkanmu untuk kucintai, dan tak akan pernah kukurangi.

Adakah dosaku yang harus kuakui lagi?

Buku, Apa?

Sebuah kebebasan mutlak adalah ketika seseorang terlepas dari putaran arus kelahiran dan kematian, begitu menurut umat Buddha. Membaca dan menggilai sebuah buku yang penulisnya menyelipkan perjalanan spiritualnya menjadi sebuah cerita fiksi fantasis, tentu saja membawa pengaruh juga pada saya, pada pemikiran, pandangan hidup and yes, my spiritualism. Lalu, bila kemudian muncul pertanyaan tentang agama saya dan bagaimana saya beribadah dan hukumnya mencampuradukkan sebuah pandangan agama, maka lebih baik tolong berhenti saja membacanya, dan kembali lagi setelah tulisan tentang agama dan privasi sudah mood saya tulis, Ok?.

Nah, sebagai penggemar dari buku - buku itu, tak bosan saya membacanya bergantian, dari buku pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, kemudian saya ulangi lagi dari awal atau lompat sesuka hati atau ulangi lagi pada suatu buku dimana saya jatuh cinta pada karakternya atau lompat pada buku yang saya ingin praktekkan tulisannya. Ok, sudah mulai terdengar gila ya, hehehe...

Kalau boleh jujur, saya bukanlah orang yang suka membaca biografi orang - orang hebat atau membaca buku kiat - kiat sukses seseorang, atau buku yang berat yang kesannya sangat berilmu. Saya penggemar cerita fiksi, dari literatur modern hingga sastra lama atau melayu kuno saya lahap, saya pernah membaca buku kumpulan cerpen yang menceritakan tentang suatu daerah di Jakarta Pusat bernama Harmoni pada jaman penjajahan.

Lalu apa inti dari tulisan ini? Saya ga tahu, kebetulan saja saya sore tadi baca buku puisi yang isinya cukup berani atau terlalu berani, atau rasanya saya baca buku harian seseorang dalam bentuk buku yang dicetak penerbit tanpa editing atau diedit tapi menurut editornya itu buku yang sangat luar biasa out of the box, saya hanya berpikir dia beruntung, kemudian saya ingin menulis puisi. Baiklah mari kita menulis puisi.

Wednesday 5 July 2017

Imaji Anak Laki - Laki

Ini cerita tentang seorang anak laki - laki, yang mengagumi seorang gadis kecil.
Dia telah terpesona pada senyumnya, tertakjub - takjub pada bagaimana cara gadis kecil itu memandang nilai hidupnya, terkagum pada kecerdasannya, dan terpikat pada semua karyanya.

Anak laki - laki yang hidup dalam khayalannya, bahwa gadis kecil itu tersenyum, tertawa, dan bercerita semua padanya. Yang hanya bisa dipandanginya dari balik pintu kaca, dan tak pernah ada sapa.

Anak laki - laki yang hidup mengumpulkan keberanian dan merapalkan doa dalam hati sepanjang malam, hanya untuk bertanya apakah gadis kecil itu telah makan.

Dia adalah seorang anak laki - laki yang kelak, bercita - cita untuk dapat mengulurkan tangannya dan berjabat erat, berani mengakui perasaan yang tersimpan di hati, dan mampu memberikan keadilan tak hanya menuntutnya saja.

Dia adalah seorang anak laki - laki yang sedang belajar melangkah, dan siap untuk berlari dengan persiapan sepenuh hati.