Wednesday 21 August 2019

Memanusiakan Manusia

Humaniora adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya. (Wikipedia).

Dulu sekali, setiap hari Sabtu diawal semester kuliah D3 saya, saya dan teman seangkatan wajib untuk mengikuti kuliah umum bernama Humaniora, tidak ada jumlah SKS nya, tapi sertifikatnya merupakan salah satu syarat kelulusan. Apa yang dipikirkan seorang anak mahasiswa baru lulus SMA ketika harusnya libur, ini masih harus bangun pagi demi mendengarkan ceramah umum di sebuah aula besar? Tentu saja cuma datang absen lalu tidur di aula atau sibuk ngobrol dan gebet sana sini.

Tapi ternyata, mempelajari cara membuat dan memperlakukan manusia lebih manusiawi itu memang tidak mudah. Ga percaya? Di tahun 2019 ini saya mengalaminya, hehehe... sebuah pembedaan perlakuan, manusia yang memperlakukan seorang manusia dengan tidak berbudaya apalagi mempertimbangkan sisi psikologi, sosiologi dan logika. Apa sih ini ribet bener, intinya adalah ya saya diperlakukan hampir tidak manusiawi, dan perlakukan itu berdasarkan working performance, blah!

Dianggap tidak mampu melakukan suatu, tidak diundang ke sebuah acara dimana semua orang hadir padahal saya ada di sana, tidak diikutsertakan dalam sebuah meeting, tidak ditanggapi opininya ketika semua orang ditanya bagaimana komentarnya terhadap sebuah kasus, dan beberapa lainnya.

Apakah saya baper? Kalau sekali saja, mungkin bisa dikatakan baper, tapi kalau beberapa kali, bukan perasaan lagi yang berbicara tapi logika, ada yang salah dengan ini. Ya kan?

Jadi sudah seberapa manusiawi kamu memperlakukan seorang manusia?


Semoga semua manusia diperlakukan sebagaimana selayaknya manusia diperlakukan,
Cheers,





Monday 5 August 2019

Jakarta Gelap

Hari Minggu, tanggal 4 Agustus 2019, Jakarta padam total. Well, mungkin tidak sepenuhnya padam karena banyak gedung, hotel, pertokoan dan beberapa rumah masih terlihat terang karena punya sumber daya cadangan untuk listriknya.
Kebetulan hari Minggu ini saya bangun lebih siang dari biasanya karena merasa butuh tidur lebih banyak setelah kemarin malam menghadiri sebuah komedi festival. Waktu lagi asyik malas-malasan dan belum berniat untuk makan siang, dan kondisi hp yang baterainya udah mau habis, tiba-tiba mati lampu.

Saya pikir, ini akan menjadi mati lampu yang biasa saja karena beberapa kali terakhir ini daerah tempat saya tinggal suka kena pemadaman bergilir sekitar 10 - 30 menit. Karena saya pikir ini akan jadi mati lampu yang biasa saja, dengan tanpa ragu saya habiskan baterai saya dan stok cadangan di power bank untuk sekadar main sosial media dan nonton Youtube. Tapi kemudian saya dapat notifikasi dari salah satu grup di WhatsApp yang bilang kalau sinyal pun hilang, dan saat itu juga saya kehilangan dengan kontak dengan internet, hehehe...
Saya masih berpikiran positif kalau mati listrik ini hanya akan sebentar, maka saya putuskan untuk membaca. Ternyata, godaan untuk tidur lebih besar daripada buat baca dan saya menghabiskan siang mati lampu dengan tidur siang 3 babak, masing - masing babak berdurasi 1 jam dan mimpinya pun beragam. 

Sampai jam 6 sore dan lampu masih belum nyala dan saya belum makan seharian, akhirnya saya putuskan untuk keluar kamar dan melihat dunia. Walaupun gelap, ternyata warga sekitar masih dapat beraktivitas seperti biasanya, sebagian warga berkumpul dan ngobrol di luar, Indomart tutup dan ternyata di gang sebelah resepsi pernikahan masih tetap berlangsung dalam terangnya cahaya lampu yang seadanya.
Ketika saya makan, tiba - tiba terlintas dipikiran saya "loh ini kaya Nyepi ya" masa katanya saya yang ingin coba ikut Nyepi di Bali ga tahan dengan mati lampu di Jakarta ini. Akhirnya saya putuskan, baiklah mari kita coba ini seperti latihan untuk Nyepi dan kemudian merunut apa saya yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat Nyepi.

Tidak menyalakan api, gagal karena saya makan diterangi lilin.
Tidak boleh bekerja, saya ga kerja sih tapi baca buku dan merapikan folder foto dan email.
Tidak boleh bersenang - senang, saya gagal juga karena saya nonton video dan ikut bernyanyi.
Tidak bepergian, ini lebih gagal lagi karena pergi ke luar untuk beli makan.

Karena merasa gagal, saya pikir yasudah saya tuliskan ini di sebuah buku dulu untuk nanti kemudian disalin ke blog lalu saya meditasi. Begitu nulisnya sudah mau selesai, eh listriknya nyala. Langsung deh sibuk cari kabel dan charge semua yang bisa saya charge, kemudian cek kabar sana sini, sampai lupa katanya habis nulis mau meditasi.

Tapi setidaknya ada hikmah dari kejadian 8 jam mati listrik yang saya alami ini, dan memberi saya kesadaran, walaupun sedikit terlambat.

Apa yang kalian lakukan selama 8 jam mati listrik? Sudah tidur berapa babak?
Semoga kita semua dalam keadaan baik - baik saja dan selalu diberikan cahaya terang dalam hidup kita.


Cheers,



P.s: Ini cerita beneran saya tulis di buku dalam keadaan gelap,
nulisnya sambil meraba - raba lurus atau ga, hehehe...