Kadang ingatan menarikku terlalu jauh ke masa lalu,
Hanya dengan melihat taksi biru,
Sekonyong-koyong disodorkannya memori yang berputar kembali seperti film hitam putih,
Yang dulu sempat terasa manis,
Dengan jarak yang hanya sepanjang selendang,
Selalu mencari cara untuk bersama lebih lama walaupun itu cuma dengan matrabak kismis ataupun perdebatan retoris,
Lalu kencan yang sungguh tidak romantis tapi berakhir dengan diantar sampai pintu kamar,
Dan malu-malu tersipu saling mengucap rindu.
Ahh.. Kenangan saat itu,
Sudah kulupa sakitnya dan sembuh lukanya.
Terima kasih telah melukis senyum malam ini.
Penggalan kisah hidup, gabungan curahan hati dan imaji, dan sesuatu yang kadang terlintas yang disebut inspirasi.
Tuesday, 26 December 2017
Malam Manis
Monday, 11 December 2017
Rasa Hidup
Wednesday, 15 November 2017
Puisi Terakhir
Sudah ku putuskan, ini akan menjadi kado terakhirmu. Sebuah puisi yang selalu ku tulis setiap tanggal 15 di bulan November.
Ternyata, melihatmu sekarang hatiku sudah tak melompat sekencang itu lagi,
Bersamamu kini sudah tak membuat senyumku bersemi,
Dan aku setuju ternyata kita memang lebih baik tak pernah bersatu.
Untukmu di usiamu yang baru,
Untukmu dan hidupmu yang akan datang,
Untukmu dan masa lalu kita yang hanya cukup untuk dikenang.
Saturday, 16 September 2017
Selamat, Semalam
Beruntung rasanya punya beberapa sahabat yang bisa menerimaku apa adanya, mereka memaki ketika tahu kesalahan yang kulakukan tapi mereka juga selalu mendukungku, juga menertawakan ketika aku bercerita tentang sikap menyebalkan atau aneh yang tanpa sadar kulakukan, dan dia salah satunya.
Monday, 31 July 2017
Apa Kabar?
Apa kabar dia,
Yang kamu tatap matanya,
Apa kabar dia,
Yang kamu sentuh tangannya,
Apa kabar dia,
Yang kamu usap air matanya
Apa kabar dia,
Yang mulai kamu sebut kembali namanya,
Apa kabar dia,
Yang membuatmu menyesal telah menyia-nyiakannya.
Apa kabar aku,
Dan semua yang telah kulakukan untukmu, yang kamu bakar hangus hingga jadi abu.
Apa kabar kamu?
Sunday, 23 July 2017
Perjalanan Hidup
Semakin malam suara musik semakin nyaring, suasana hening khidmat, dan kenanganku melompat pada saat perjalanan keberangkatan.
Ini cerita yang ditulis ditemani secangkir kopi kurang manis yang dibuat dari mesin toko cepat saji, dengan 2 takaran gula cair yang ternyata kurang presisi.
Di perjalanan pagi itu seorang perempuan duduk di kursi sebelahku, kami saling menyapa dan kemudian berbincang, terkaget oleh pernyataannya bahwa yang dia pertama perhatikan dariku adalah 3 buah gelang batu yang melingkar di pergelangan tangan. Dia menyebut jenis batunya satu persatu, sekalian saja kutunjukan liontinku, dan dia menyebutkan fungsinya dengan mata menerawang.
Tanpa diminta dia bercerita bahwa dia juga memiliki ketertarikan yang sama dan menjelaskan bagaimana caranya merawat batu-batunya. Mataku berbinar mendengar suatu alat yang sudah lama ingin kumiliki, singing bowl. Sebuah alat untuk menetralkan energi, membantu konsentrasi, terlebih untuk meditasi.
Ini bukan cerita perjalanan spiritual, ini hanya sebuah cerita bahwa bertemu dengan orang yang memiliki kertertarikan yang sama itu menyenangkan dan menambah pengetahuan.
Ini hanya cerita yang ditulis sambil menunggu kereta terakhir, untuk kembali dalam perjalanan, untuk kembali transit untuk mencapai tujuan, dan berulang seperti itu terus menerus. Karena hidup adalah perjalanan, bila perjalanan berakhir, maka hidupku selesai.
Thursday, 20 July 2017
Abang Mana Abang
Monday, 17 July 2017
Mengapa Begini dan Begitu
Saturday, 15 July 2017
Dosa Itu Cinta
Jika aku harus mengakui kesalahanku,
Maka kukatakan sekarang bahwa salahku adalah terlalu menginginkanmu,
Kesilapanku adalah selalu merindukanmu,
Dan dosa terbesarku tak dapat ku katakan karena ini sungguh bukan sebuah pengadilan.
Namun, jika aku dapat menuntut kebebasanku,
maka aku akan meminta untuk bebas mencintamu kapanpun aku mau,
maka aku akan memperjuangkan untuk dapat menemuimu tanpa batas waktu,
dan aku menghendaki sebuah ikatan lebih dari pernikahan.
Seandainya kamu ingin tahu usahaku,
Maka akan kuurai satu persatu,
Dimulai ketika dalam mimpiku, sudah ada kamu, kemudian ketika dalam doaku mulai tersebutlah namamu, lalu tanpa kusadari semuanya hanya tentangmu.
Aku membutuhkanmu untuk saling melengkapi, untuk mengenapi, untuk berbagi.
Aku membutuhkanmu untuk kucintai, dan tak akan pernah kukurangi.
Adakah dosaku yang harus kuakui lagi?
Buku, Apa?
Wednesday, 5 July 2017
Imaji Anak Laki - Laki
Ini cerita tentang seorang anak laki - laki, yang mengagumi seorang gadis kecil.
Dia telah terpesona pada senyumnya, tertakjub - takjub pada bagaimana cara gadis kecil itu memandang nilai hidupnya, terkagum pada kecerdasannya, dan terpikat pada semua karyanya.
Anak laki - laki yang hidup dalam khayalannya, bahwa gadis kecil itu tersenyum, tertawa, dan bercerita semua padanya. Yang hanya bisa dipandanginya dari balik pintu kaca, dan tak pernah ada sapa.
Anak laki - laki yang hidup mengumpulkan keberanian dan merapalkan doa dalam hati sepanjang malam, hanya untuk bertanya apakah gadis kecil itu telah makan.
Dia adalah seorang anak laki - laki yang kelak, bercita - cita untuk dapat mengulurkan tangannya dan berjabat erat, berani mengakui perasaan yang tersimpan di hati, dan mampu memberikan keadilan tak hanya menuntutnya saja.
Dia adalah seorang anak laki - laki yang sedang belajar melangkah, dan siap untuk berlari dengan persiapan sepenuh hati.
Friday, 19 May 2017
Baca
Waktu ujian di sekolah dulu dalam pelajaran Bahasa Indonesia, selalu ada perintah soal "Bacalah dengan seksama", buat gw terkadang part itu saya skip. Sama halnya kalau sedang baca berita atau bahkan chat sekalipun, saya adalah orang yang cara membacanya suka lompat-lompat. Dan karena kebiasaan saya yang seperti itu, hari ini saya terkena akibatnya lagi.
Jadi benar kata para ahli yang menyatakan bahwa sometimes people hear but not listen, see but not look into it, atau mungkin kalau halnya sama seperti kejadian saya, dibaca tapi tidak disimak. Orang - orang terdekat saya tahu, karena hal itu, saya sering melakukan kesalahan. Siang tadi di grup chat kantor bos kirim pesan, saya adalah orang pertama yang jawab "Ok Pak", kemudian otak saya sibuk menyusun kegiatan yang akan dilakukan, habis makan, saya begini, setelah begini saya begitu, dan saya harus datang untuk meeting pukul 15.00 di suatu tempat. Karena kondisi jalanan yang padat, pukul 14.55 saya kabari bos saya di grup bahwa saya akan terlambat sekitar 5 menit, tak ada jawaban. Pukul 15.10 saya tiba di tujuan, saya kabari lagi orang-orang, bertanya mereka ada di mana karena ruang meeting kosong, kemudian begitu saya cek lagi pesannya, itu adalah janji meeting untuk besok.
Kejadian ini juga pernah terjadi sebelumnya, saya diminta mewakili perusahaan menghadiri undangan, saya pikir kenapa harus saya yang pergi sementara orang yang diundang available di kantor, singkat cerita saya pergi ke tempat acara tapi suasananya sepi, saya minta cek ke petugas hotel, semua confirm tidak ada event hari itu, kemudian, untuk memastikan lagi saya keluarkan undangannya, dan ternyata acaranya baru esok harinya.
Apa yang saya rasakan setelah hal seperti itu terjadi? Saya merasa bodoh, tidak menyimak keseluruhan informasi, terlalu cepat menyimpulkan dan mengambil keputusan. Ini menjadi sebuah pelajaran bagi saya, mungkin juga bisa jadi pelajaran bagi yang lain. Tapi setidaknya, saya menjadi sumber tawa sebagian orang hari ini, itu sudah cukup.
Saturday, 29 April 2017
Tantangan
Tuesday, 18 April 2017
Bebas
Sunday, 12 March 2017
Pagiku
Aku memperhatikannya setiap pagi,
Kadang jalannya pelan, kadang langkahnya pendek - pendek dan cepat, tapi jejaknya pasti,
Melihat ekspresinya setiap hari saat pagi,
Membuatku bertanya -tanya apa yang ada dalam pikirannya, dan semakin ingin mengenal lebih dekat,
Dalam perjalanannya, sesekali ia menyapa orang sekitar atau tersenyum atau mengangguk,
Kau harus lihat gayanya berpakaian,
Semakin akan membuatmu penasaran, seperti apa kepribadiannya, canda jenis apa yang dilemparkannya, dan sekuat apa argumennya.
Suatu hari kulihat kepalanya menunduk sepanjang jalan, matanya sendu, tanpa tersenyum, sinar di wajahnya padam walaupun ia mengenakan lipstik merahnya.
Esoknya, aku tak melihatnya saat pagi,
Mungkin waktunya tak tepat, aku terlambat.
Hari berikutnya, ia tak nampak, aku sedikit bertanya - tanya, apa dia sehat?
Hari berikutnya lagi, ia tak pernah hadir, padahal aku menunggunya sampai adzan dzuhur.
Aku tak pernah melihatnya lagi.
Friday, 3 March 2017
Let It Be
Ini sebuah tulisan tentang kepemilikkan.
Perasaan memiliki yang kuat dapat membuatmu melakukan apapun untuk mempertahankannya, tak peduli lagi dengan hati, manusiawi, atau harga diri. Semua makhluk melakukannya, sebuah pertahanan atas apa yang menjadi miliknya, tersirat ataupun tersurat. Katakan itu apapun yang bisa dimiliki, termasuk sesuatu yang tak bisa dilihat mata tapi bisa mengoyak jiwa, bernama rasa.
Perasaan memiliki, kepunyaan, atau ke-aku-an, bisa membuatmu lupa bagaimana caranya memandang hidup dari sudut pandang lain.
Sudut pandangku mengenai hidup atau sesuatu yang kumiliki, pasti berbeda dengan orang - orang, mungkin termasuk dengan pasangan, hal ini juga menyangkut tentang rasa. Mengolah rasa yang lebih sering menggunakan hati daripada logika, itu tidak mudah. Tapi bagiku, itu tidak membuatku menjadi menyerah, aku pasrah. Kupasrahkan hidup dan rasa dan kepemilikkannya pada semesta, pada takdir yang sudah tertulis tanpa kita tahu, pada pilihan - pilihan yang tanpa sadar terbuka pelan - pelan.
Aku mempelajarinya beberapa tahun lalu, membaca sebuah artikel yang menjelaskan bahwa sesuatu itu ada masanya, tak peduli kamu mempertahankan sesuatu yang kamu miliki, jika waktunya sudah habis, kamu tak bisa melakukan apa - apa lagi.
Tak peduli kamu mempertahankan rasa cintamu, statusmu, atau hartamu, bila memang saat itu bukan lagi untukmu, kamu lupa dan menyakiti harga dirimu. Mempertahankan sesuatu yang sudah tak tertarik padamu, menjaganya mati - matian hanya akan membuatmu kelelahan dengan emosi dan prasangka tak berkesudahan. Bila kamu hanya berpikir kamu mempertahankan apa yang kamu punya saat ini, kamu lupa, Tuhan mungkin menyiapkan yang lebih baik jika kamu berbesar hati melepaskan.
Aku, pasrah akan semuanya, bila pasanganku dulu meninggalkanku karena katanya tak dapat restu, aku melepaskannya pergi, tentu dengan sakit di hati, tapi ku relakan dia menjadi anak berbakti dengan menuruti perjodohan, bila ternyata alasannya bukan itu, aku tak peduli.
Seperti aku mencintainya tanpa ekspektasi dan pretensi, bersamanya saat itu merupakan sebuah hadiah di ujung hari bagiku, membayar kelelahanku bekerja dari pagi, dan menutup malam dengan senyum terkembang.
Segala kemudahan untuk kebersamaan adalah memang jalannya, bila sulit, maka bukan saatnya.
Percayalah, melepaskan adalah sebuah kelegaan untuk harga dirimu, melepaskan membangkitkan percaya dirimu, melepaskan membahagiakan emosimu, dan melepaskan bukan berarti kekalahan.
Saturday, 25 February 2017
Shit Happens
Ketika kamu belajar dan merasa menguasai semua materi pelajaran dengan baik, tapi nilai akhirmu hanya mentok di C.
Ketika kamu dalam sebuah LDR dan kamu rela pindah kota demi mendekatinya, tapi begitu dekat, putus.
Ketika kamu berusaha move on, tapi mantanmu masih tak bisa lepas, begitu kamu mau memberikan kesempatan kedua, mantanmu punya pacar baru.
Ketika kamu mencoba serius dalam hubungan, merasa dia yang terbaik, tapi kamu tak dapat restu karena beda suku.
Ketika kamu buka hati baru, mencobanya pelan - pelan, tanpa kamu tahu, gebetanmu sedang menyiapkan pernikahan.
Ketika hanya kamu yang selalu datang sendiri ke setiap undangan.
Ketika kamu harus pandai mengatur waktu kumpul dengan teman - teman, karena mereka masing - masing punya pasangan.
Ketika kamu bersedia menunggu bertahun - tahun, demi cinta dan berharap jodoh, kemudian bukan kamu yang duduk di sampingnya di depan penghulu.
Ketika merasa performa kerja maksimal, tapi karirmu selalu di bawah kaki senior.
Ketika kamu mencintainya dan kamu hanya dianggap teman.
Ketika mencoba lari dari kenyataan tapi kemudian jadi penyakitan.
Ketika memulai hidup baru tapi malah jadi jauh lebih berantakan.
Ketika pertemanan berjalan, lalu merasa ada persaingan, dan berakhir dengan bermusuhan.
Ketika kamu mencoba membuka hati untuk jatuh cinta tapi salah jalan.
Ketika semua orang mendikte yang kamu lakukan tidak benar.
Ketika orang - orang bertukar cerita tentangmu diam - diam dan melebih - lebihkan.
Ketika semua orang menjauhimu seolah kamu penyakitan dan menular.
Ketika teman yang kamu percaya, sudah tak bisa diajak bicara.
Ketika kamu hanya sendiri dan berharap untuk bisa segera pergi.
Ketika kamu tahu bahwa semua ini tentang hidup yang harus dijalani.
Wednesday, 22 February 2017
Teman yang
Bisa sekedar hanya kenal, hanya bicara seperlunya, teman dekat atau teman yang sudah seperti bagian dari diri mereka sendiri.
Aku teman yang selalu ada kapanpun aku bisa untuk mereka ajak jalan.
Aku teman yang perhatian, mungkin posesif karena ingin selalu tahu keberadaannya dalam keadaaan aman.
Aku teman yang juga dicari pada saat mereka membutuhkan, hanya sekedar mendengarkan curhatan atau memang itulah teman.
Aku teman yang menyebalkan, bicaraku akan apa adanya dan kadang menyakitkan.
Aku teman yang bukan hanya selalu akan membalas responnya di sosial media.
Aku teman yang tak akan meninggalkannya saat mereka dalam masalah.
Aku teman yang akan memarahi mereka bila mereka berbuat salah, tak peduli umurnya lebih tua dariku atau tidak.
Aku teman yang tidak menghakimi salah benarnya sikap mereka.
Aku seorang teman yang tak malu bicara dengannya kapanpun.
Aku teman yang tak hanya dalam hati dan pikiran.
Aku teman yang saling mendukung dan mendoakan.
Mungkin, karena aku teman sungguhan.
Jika
Jawabannya ini sudah terlalu besar.
Jika kamu ingin mengetahui seberapa dalam,
Aku takut kamu tak mampu mengukurnya dan kelelahan.
Jika kamu bertanya seberapa dekat,
Tolong jaga nafasmu agar tak tercekat.
Jika kamu penasaran tentang rasa,
Ku beri tahu campuran bahagia, luka, suka, tawa, duka dan kecewa, berujung lelah.
Jika kamu bertanya hati atau logika,
Aku memainkannya sama rata, tapi aku hampir gila.
Jika kamu bertanya samakah dengan yang sebelumnya?
Jawabku, tidak.
Friday, 17 February 2017
Kamu, Kau.
Padamu, kuucapkan selamat,
Ternyata kamu yang terlebih dulu mengucap akad.
Padamu, kuucapkan terima kasih,
Olehmu aku terlupa rasa sakit didahului lagi berjanji suci.
Padamu, kusampaikan, akhirnya kamu berani terikat oleh simpul yang terkuat.
Padamu, kukatakan, yang kau berikan lebih sakit dari melihatnya dalam upacara pernikahan.
Padamu, tulus aku mengucapkan, semoga kamu berbahagia.
Padamu, aku menegaskan, sakitku ini pelajaran, kau lanjutkan saja sakitmu yang tak berkesudahan, tak perlu kau cari bantuan.
Padamu, kamu dan kau, aku berterima kasih, mari lanjutkan hidup dengan penuh kebahagiaan.
Tuesday, 14 February 2017
Gelombang Kedua
Dengan jarak yang kita punya,
Dengan rasa yang mulai sirna,
Dengan sapa yang telah terlupa,
Akankah kau berlaku sama,
Bila gelombang benci kembali pasang,
Bila suara caci semakin keras saling bersahutan,
Bila sumpah serapah tersebut di setiap ujung kata terucap,
Dan bila kau temukan fakta menyakitan.
Akankah kau masih membagikan bahagiamu dan menyediakan bahu dan telingamu?
Tuesday, 7 February 2017
Pintu, Keliru, Kamu.
Pintu datang satu persatu,
Kadang bersamaan,
Tak pernah kubuka, sedikit ku tengok, lalu semua ku tinggal pergi.
Pikirku, aku tak akan betah, nanti.
Kemudian, satu pintu itu berani ku buka,
Pelan - pelan, gemboknya ku lap dulu, anak kunci ku beri doa dalam hati.
Masuk aku di dalamnya, indah, bahagia, penuh tawa.
Belum lama, pintu menyuruhku pergi, katanya tak layak aku di sini.
Aku menjerit di depannya, aku berteriak, aku menangis, aku kesakitan.
Kemudian pintu berkata "kamu keliru atau kamu coba lagi lain waktu".
Tuesday, 31 January 2017
Asing
Rasanya seperti tak mengenalmu,
Sepertinya kau mulai di luar jangkauanku,
Tak ada sapa, apalagi cerita
Tersenyum pun kau terpaksa,
Ini apa?
Sisa kecewa atau kau mulai perlahan lupa,
Aku lebih suka kau kecewa,
Setidaknya masih ada rasa,
Setidaknya masih ingat walaupun hanya nama
Sunday, 15 January 2017
Ceracau mimpi dan caci maki
Pernahkah kamu menonton film, dan kamu memetik banyak ilmu dari film tersebut.
Bagaimana cara memanusiakan manusia, bagaimana cara berkomunikasi dengan semesta, atau bagaimana cara menyembuhkan luka.
Saya tertarik untuk menonton sebuah film, yang ternyata film tersebut mendapatkan banyak penghargaan bergengsi, judulnya La La Land. Sebuah film musikal yang dengan menonton atau cuma mendengar lagu - lagunya, kamu dibuat jatuh cinta.
Film ini mengajarkan kita untuk terus berusaha mengejar mimpi, mempertahankan cinta dan idealisme. Kadang mimpi dan idealisme dikalahkan realita demi mempertahankan cinta, atau cinta sudah tak bisa bersama mengejar mimpi. Banyak yang membandingkan film ini dengan film lain yang sejenis, drama romantis melankolis dan tidak berakhir manis, tapi sayang film tersebut bukan film musikal. Jadi kalau mau dibandingkan, it is not really apple to apple.
Dari 2 jam lebih durasi film, apa yang membuat saya menitikkan air mata? Sebuah pelajaran yang saya petik sendiri, bahwa dalam hidup, kita boleh saja menjalani hidup tanpa berlari, tapi berusahalah untuk tetap mengejar mimpi.
Dalam hidup, bisa saja kamu melaluinya penuh caci maki, tapi menerima caci maki lebih baik daripada ikut menghakimi hidup lain.
Karena, yang sayang bisa jadi benci, yang benci akan semakin benci, dan yang benci mengajak teman untuk senakin membenci lagi.
Mencaci itu mudah, membenci dan menghakimi itu seperti menelan ludah, tapi siapkah bila kenyataan tak selamanya indah?
Monday, 9 January 2017
Kunci Halaman
Ayo pulang!
Sebentar
Kenapa kau senang sekali bermain di halaman orang?
Tidak selalu
Apa karena rumputnya?
Ah, kau tahu juga pepatahnya
Kau tahu itu rumput import?
Benarkah? Pantas saja terlihat berbeda
Padahal rumput lokal juga tak kalah bagus, bila ditata dengan indah
Di halaman rumah yang mana?
Kau berpindah main di halaman rumah orang dengan mudahnya
Tidak selalu mudah
Apa yang punya rumah tahu?
Kadang ya, kadang tidak
Apakah hatimu juga mudah berpindah seperti itu?
Ah, kau mulai cari mati membahas hati saat aku sedang main begini
Kenapa tak bermain di halaman rumahmu sendiri?
Kamu tahu itu masih terkunci
Di mana kuncinya?
Tak tahu
Kau buang atau lupa tersimpan?
Terbuang atau dilupakan
Itu antara kau lakukan sengaja dan tidak
Kau tahu rasanya terluka
Kau bicara apa? Apa rumahmu baik-baik saja? Apa yang terluka?
Bodoh! aku bicara hati
Kau bilang aku cari mati bila membahasnya
Ya, dan semakin kau bertanya, namamu kuganti babik
Jadi kapan kau kembali?
Sebentar lagi
Kau sudah punya kunci?
Tidak, mungkin aku akan menunggu atau aku ganti pintu
Saturday, 7 January 2017
Akankah? Katanya
Katanya cinta bisa dilihat dari tatapan mata,
Katanya bahagia bisa dilihat dari bagaimana caranya tertawa,
Katanya sayang itu seperti perasaan dimana kamu ingin melakukan apapun untuk melihatnya tersenyum ceria,
Katanya rindu itu diukur dari bagaimana usahanya untuk bertemu atau untuk menghubungimu,
Tapi akankah cinta itu masih ada ketika tatapanmu sudah tak sehangat dulu, tawamu tak sesering dulu,
Akankah sayang itu berubah menjadi rela berbagi kesakitan dan menggantikanmu menahan sakit,
Akankah rindu itu menjadi usahanya untuk tetap bersamamu, menjagamu, membersihkan muntahanmu atau kotoranmu, karena menyuapimu adalah hal biasa dan hidup tak selamanya semanis itu,
Akankah semua rasa itu tetap sama?
Akankah kamu?
Tuesday, 3 January 2017
(Tak) Berlari
Selamat tahun baru!
Apa resolusimu di tahun ini? Terdengar klise memang, tapi kadang itu penting sebagai target, tak perlu berambisi, hanya perlu dilakukan penuh konsistensi, diiringi doa dan banyak keberuntungan. Punyaku tahun ini?
Tuhan tahu mauku apa.
Sore tadi aku bertemu teman lamaku, teman dari masa kami remaja, masa SMA, saat kami semua tak perlu memikirkan pekerjaan atau keluarga. Aku bertemu mereka, dan merasakan perbedaan. Bukan tentang bagaimana mereka memperlakukan aku, kami masih saling menyela seperti dulu. Tapi ini tentang hidup, entah aku yang jalan terlalu lambat atau mereka berlari begitu cepat, diantara mereka, aku tertinggal.
Akan kusampaikan padamu tentang pertanyaan klise disetiap pertemuan teman lama, atau arisan keluarga, atau basa basi yang sebetulnya bisa menyakitkan hati. Nah, bila teman - temanku sudah memasuki tahap pertanyaan ke 3 atau ke 4, aku belum mampu menjawab pertanyaan pertama, bahkan pertanyaan untuk persiapan menuju tahap 1 pun, aku tak tahu harus menjawab apa.
Ini lucu, tahun terus bertambah, kehidupan semakin maju, teknologi semakin canggih, manusia semakin pintar tapi kenapa tolak ukur kehidupan seseorang bisa ditentukan oleh pertanyaan diserangkaian tahap itu.
Ah, aku mulai bosan dengan pertanyaannya, aku hanya akan diam, dan menjawab bila sudah bisa kubuktikan.
Aku akan ikut berlari seperti kalian dalam kehidupan, tunggu saja.