Saturday 15 July 2017

Buku, Apa?

Sebuah kebebasan mutlak adalah ketika seseorang terlepas dari putaran arus kelahiran dan kematian, begitu menurut umat Buddha. Membaca dan menggilai sebuah buku yang penulisnya menyelipkan perjalanan spiritualnya menjadi sebuah cerita fiksi fantasis, tentu saja membawa pengaruh juga pada saya, pada pemikiran, pandangan hidup and yes, my spiritualism. Lalu, bila kemudian muncul pertanyaan tentang agama saya dan bagaimana saya beribadah dan hukumnya mencampuradukkan sebuah pandangan agama, maka lebih baik tolong berhenti saja membacanya, dan kembali lagi setelah tulisan tentang agama dan privasi sudah mood saya tulis, Ok?.

Nah, sebagai penggemar dari buku - buku itu, tak bosan saya membacanya bergantian, dari buku pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, kemudian saya ulangi lagi dari awal atau lompat sesuka hati atau ulangi lagi pada suatu buku dimana saya jatuh cinta pada karakternya atau lompat pada buku yang saya ingin praktekkan tulisannya. Ok, sudah mulai terdengar gila ya, hehehe...

Kalau boleh jujur, saya bukanlah orang yang suka membaca biografi orang - orang hebat atau membaca buku kiat - kiat sukses seseorang, atau buku yang berat yang kesannya sangat berilmu. Saya penggemar cerita fiksi, dari literatur modern hingga sastra lama atau melayu kuno saya lahap, saya pernah membaca buku kumpulan cerpen yang menceritakan tentang suatu daerah di Jakarta Pusat bernama Harmoni pada jaman penjajahan.

Lalu apa inti dari tulisan ini? Saya ga tahu, kebetulan saja saya sore tadi baca buku puisi yang isinya cukup berani atau terlalu berani, atau rasanya saya baca buku harian seseorang dalam bentuk buku yang dicetak penerbit tanpa editing atau diedit tapi menurut editornya itu buku yang sangat luar biasa out of the box, saya hanya berpikir dia beruntung, kemudian saya ingin menulis puisi. Baiklah mari kita menulis puisi.

No comments: