Monday, 20 January 2014

PINTU


Aku seperti pintu, 
Berdiri tertiup angin, tegak tersiram hujan dan gagah menantang panasnya matahari di sisi luar, 
Tapi Lembut dan dingin di bagian dalam, ketika kamu melihatku. 
Aku menunggumu,
entah siang, entah malam tak peduli menjelang fajar, 
Aku melihatmu dengan berbagai raut muka yang berbeda yang tak pernah lupa, 
Senyummu mengembang di pagi hari, 
aku melihatmu melambai pada pria dengan kemeja berwarna abu-abu, 
Rupanya dia pacar barumu, sekali dia mencium pipimu di depan pintu, kemudian kamu masuk dan tersipu.

Seminggu, pria berkemeja abu itu masuk dan menutup pintu dari dalam, 
oh rupanya kamu dan dia bersama menghabiskan malam. 
Tiga bulan berjalan, pria itu tak pernah berkunjung, kudengar kau bicara padanya di telepon dan saling mengucapkan kata rindu sebagai penghujung, 
Cinta jarak jauh, begitu yang kutahu. 
Kamu membanting pintu dan menguncinya dengan duka, 
kemudian kembali dan menutupnya dari dalam dengan hati luka lebam, 
Aku pun tahu kamu putus cinta.

Andai aku bisa membuatmu tertawa, tapi aku bisa apa. 
Kamu tak pernah melihatku, karena bagimu aku bagai pintu. 
Yang kamu buka, kamu tutup, kamu kunci kamu pergi.
Lalu kamu kembali, kamu buka, kemudian kamu tutup dari dalam, 
sambil sesekali kau banting, dan pernah pun kau tendang, 

Tak pernah kamu lihat aku seutuhnya,
aku yang mampu melindungimu dan menerimamu apa adanya,
yang takkan pernah lupa setiap ekpresimu saat bicara padaku. 

Ahhhh, andai kamu tahu, aku bukan pintu, aku mencintaimu.




*gambar diambil dari interioreksterior.com*